Sunday, September 24, 2017

Makalah: Teori Sosial

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Banyaknya ahli yang telah mengemukakan pendapatnya mengenai kesejahteraan masyarakat. Kemudian pendapat tersebut berkembang menjadi sebuah teori di ranah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan munculnya teori ilmu sosial yang beragam. Beragamnya teori ilmu sosial ini menyebabkan adanya pemikiran yang beragam pula terhadap perkembangan teori-teori sosial khususnya teori tentang kependudukan.
Sebenarnya, sudah sejak lama para pemikir mempersoalkan mengenai masalah penduduk dan mengemukakan berbagai pendapat mereka mengenai masalah ini. Misalnya Aristoteles (384-322 SM). Pada zaman Yunani kuno telah menyinggung masalah penduduk dalam pandangan politiknya. Ia telah menganjurkan agar diadakan tindakan-tindakan untuk mencegah adanya pertambahan penduduk yang terlalu besar pada waktu itu dimana ia melihat banyaknya orang yang meninggalkan kampong halaman mereka untuk berpindah ke negeri-negeri lain akibat terbatasnya tanah pertanian.
Perkembangan penduduk yang sangat cepat dengan segala implikasinya pada abad-abad pertengahan telah menggelisahkan banyak sarjana-sarjana di Eropa pada saat itu dan menyebabkan mereka mulai membahasnya secara lebih serius. Yang dianggap sebagai pelopor di dalam pembahasan masalah penduduk secara lebih mendalam dan dianggap sebagai perintis dari ilmu pengetahuan kependudukan atau demografi ialah Thomas Robert Malthus yang pada tahun 1798 menulis untuk pertama kalinya sebuah karagan yang berjudul “An Essay on The Principle of Population, as its Effects the Future Improvement of Society”.
 Pada teori tersebut, Malthus menganggap bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat daripada bahan makanan. Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antar penduduk dan kebutuhan hidup. Dewasa ini permasalahan meledaknya penduduk dunia semakin meningkat. Sesungguhnya masalah penduduk itu telah ada semenjak adanya manusia. Sampai dengan tahun 1900 masalahnya adalah bagaimana meningkatkan jumlah manusia. Sedangkan mulai abad 20 jumlah manusia demikian pesat laju pertumbuhannya, sehingga terasa berat memperkembangkan jumlah pangan.  Sekarang ini penduduk dunia sudah melebihi 4 milyar. Angka yang tepat tentang jumlah penduduk dunia tidak ada karena tidak semua negara mempuyai informasi yang dapat dipercaya.
Pesatnya perkembangan penduduk menyebabkan jurang perbedaan bertambah besar antara negara-negara yang merasakan adanya hambatan dalam melaksanakan pembangunan dan menungkatkan income perkapitanya. Malthus sangat khawatir terhadap dampak  pertambahan penduduk terhadap ekonomi walaupun sebetulnya bisa menjadi asumsi bahwa pertambahan penduduk akan memicu  proses industrialisasi.
Berdasarkan hal- hal yang telah dikemukakan di atas untuk mengatasi persoalan kependudukan Indonesia antara lain: (1) meratakan penyebaran penduduk (2) Intensifikasi dan Ekstensifikasi pertanian (3) peningkatan Industrialisasi (4) pengaturan kelahiran (5) pendidikan kependudukan.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
(1)   Bagaimana sejarah singkat Thomas Robert Malthus?
(2)   Bagaimana dasar pemikiran lahirnya teori kependudukan Malthus ?
(3)   Bagaimana hakikat dari teori kependudukan Malthus?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dalam makalah ini sebagai berikut.
(1)   Mendiskripsikan sejarah singkat Thomas Robert Malthus.
(2)   Memaparkan dasar pemikiran lahirnya teori kependudukan Malthus.
(3)   Memaparkan hakikat dari teori kependudukan Malthus.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat Thomas Robert Malthus
 Thomas Robert Malthus, FRS (lahir di Surrey, Inggris, 13 Februari 1766 – meninggal di Haileybury, Hertford, Inggris, 23 Desember 1834 pada umur 68 tahun) yang biasanya dikenal sebagai Thomas Malthus adalah seorang pakar demografi Inggris dan ekonom politk yang paling terkenal karena pandangannya yang pesimistik namun sangat berpengaruh tentang pertambahan penduduk. Malthus dilahirkan dalam sebuah keluarga yang kaya. Ayahnya bernama  Daniel adalah sahabat pribadi filsuf dan skeptik David Hume dan kenalan dari Jean-Jacques Rousseau. Ayahnya adalah tentara pengawal di pedesaan yang kaya. Ia berusaha keras agar Maltus memperoleh pendidikan yang baik. Pertama-tama Maltus diberikan pelajaran oleh ayahnya dan pengajar private di rumah. Kemudian ia dikirim kesekolah swasta yang sangat baik. Ia diterima di Jesus College, Cambridge pada 1784. Di sana ia belajar banyak pokok pelajaran dan memperoleh penghargaan dalam deklamasi Inggris, bahasa Latin dan Yunani. Mata pelajaran utamanya adalah matematika dan filsafat alam. Ia memperoleh gelar magister pada 1791 dan terpilih menjadi fellow dari Jesus College. Dua tahun kemudian Pada tahun 1793 ia menjadi pengikut Jesus College dan asisten pendeta gereja Okewood sebuah biara atau kapel di Wotton. Meskipun ayahnya menginginkan ia menjadi pengawas pertahanan, Malthus memutuskan untuk masuk ke Gereja. Ia dinobatkan pada tahun 1788 dan jadi pendeta Malthus. Pada tahun 1793 ia menjadi pengikut Jesus College dan asisten pendeta gereja Okewood, sebuah biara atau kapel di Wotton.
Saat ia bekerja di Wotton Malthus terlibat perdebatan sengit dengan ayahnya tentang kemampuan meningkatkan kekayaan ekonomi oleh orang-orang sudah lanjut. Ayahnya berpendapat bahwa hal itu mungkin namun Malthus tetap skeptis. Perselisihan ini mendorong Malthus untuk membaca dan kemudian membuat beberapa tulisan tentang topik tersebut. Hasilnya adalah Essay on Population yang pertama kali diterbitkan tahun 1798.
Malthus menikah pada 1804; ia dan istrinya mempunyai tiga orang anak. Pada 1805 ia menjadi profesor Britania pertama dalam bidang ekonomi politik di East India Company College di Haileybury di Hertfordshire. Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah di akademi Inggris istilah Political Economy digunakan sebagai suatu pengakuan atas lahirnya bidang tersebut sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri. Siswa-siswanya menyapanya dengan sebutan kesayangan "Pop" (yang dapat berarti "papa") "Populasi" Malthus. Pada 1818, ia terpilih menjadi Fellow dari Perhimpunan Kerajaan.
Esai tentang populasi yang dibuat Malthus ini tak lama kemudian menjadi terkenal, dan pada tahun 1805 ia mendapatkan pekerjaan sebagai Profesor Sejarah, Politik, Perdagangan dan Keuangan di New East India College dekat kota London. Perguruan tinggi ini terutama melatih para pengusaha dari Perusahaan Hindia Timur yang akan menduduki jabatan administratif di India. Posisi Malthus membuat dirinya sebagai salah seorang ahli ekonomi akademik yang pertama. .   Sebagaimana berlaku dalam banyak pekerjan lainnya, tugas ini tidak banyak membutuhkan tenaga dan waktu. Hal ini menyebabkan Malthus memiliki banyak waktu luang untuk bersosialisasi dan berkorespondensi dengan kawan-kawannya (khususnya David Ricardo), dan memulai kontroversi berkaitan dengan prinsip-prinsip dan kebijakan ekonomi. Selain kontroversi yang meliputi prinsipnya tentang populasi, Malthus terlibat perdebatan dengan Ricardo mengenai undang-undang kemiskinan Inggris dan undang-undang jagung Inggris, manfaat dari perdagangan bebas, dan kemungkinan adanya kelebihan dan kekurangan akan permintaan akan barang.
Sesudah Adam Smith, Thomas Malthus dianggap sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Malthus menimba pendidikan di St. John’s College, Cambridge, Inggris dan kemudian melanjutkan ke East India College. Sewaktu ia diangkat sebagai dosen pada East India College untuk pertama kalinya ekonomi politik (political economy) diakui sebagai disiplin ilmu tersendiri. Pemikiran-pemikiriannya tentang ekonomi politik dapat diikuti dari: Principles of Political Economy (1820) dan Definitions of Political Economy (1827). Selain itu, buku-buku lain yang ditulis Malthus cukup banyak, antara lain: Essay on the Principle of Population as it Affects the Future Improvement of Society (1798); dan An Inquiry into the Nature and Progress of Rent (1815).
2.2 Dasar Pemikiran Lahirnya Teori Kependudukan Malthus
             Pandangan-pandangan Malthus umumnya dikembangkan sebagai reaksi terhadap pandangan-pandangan yang optimistik dari ayahnya dan rekan-rekannya, terutama Rousseau. Esai Malthus juga dibuat sebagai tanggapan terhadap pandangan-pandangan Marquis de Condorcet. Pada An Essay on the Principle of Population (Sebuah Esai tentang Prinsip mengenai Kependudukan) yang pertama kali diterbitkan pada 1798, Malthus membuat ramalan yang terkenal bahwa jumlah populasi akan mengalahkan pasokan makanan sehingga  menyebabkan berkurangnya jumlah makanan per orang. (Case & Fair, 1999: 790). Ia bahkan meramalkan secara spesifik bahwa hal ini pasti akan terjadi pada pertengahan abad ke-19, sebuah ramalan yang gagal karena beberapa alasan, termasuk penggunaan analisis statisnya, yang memperhitungkan kecenderungan-kecenderungan mutakhir dan memproyeksikannya secara tidak terbatas ke masa depan, yang hampir selalu gagal untuk sistem yang kompleks.
2.3 Hakikat Dari Teori Kependudukan Malthus
   Teori tentang penduduk pertama kali diuangkapkan oleh Thomas Robert Malthus  pada tahun 1766 sampai 1834. Teori ini pertama kali termuat dalam essay yang berjudul An Essay on the Principle of Population or A View of its past and present effect on Human Happines with an inquiry into our prospetc respecting the future removal of mitigation of the evils which it occations”.  Salladien (1980: 7) mengemukakan bahwa essay ini dipublikasikan oleh Fellow of Jesus College, Cambridge, London pada tahun 1978. Ia mengemukakan bahwa:
(1)That population cannot increase without the means of subsistence, is a preposition so evident, that it needs no illustration.
(2)That population does invariably increase, where there are the means of subsistance, the history of every people that have ever existed will abudantly prove.
(3)And, that the superior power of poupulation cannot be checked wothput producing misery or vice, the ample portion of these too bitter ingredients in the cup pf human life, and the continuance of the physical causes that that seem to have produced them, bear too convincing a testimony.

Inti dari isi buku T.R Malthus essay pertama adalah manusia selalu memerlukan sandang-pangan untuk hidupnya. Kedua, nafsu seksuil antara dua jenis kelamin akan selalu ada dan tidak akan berubah sifatnya. Pada bukunya yang terdiri dari 55.000 kata dalam bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population, terbit pada tahun 1798 Karya Malthus yang berjudul Essay on the Principle of Population (1798) menimbulkan perdebatan yang sengit. Kemudian ia memperdalam masalah tersebut, mengumpulkan tambahan bukti-bukti yang meyakinkan, dan pada tahun 1803 menerbitkan edisi baru yang jauh lebih sempurna dan lengkap (revisinya yang terdiri dari 200.000 kata). Buku tersebut mengalami empat kali cetak ulang sebelum ia meninggal.
Malthus merupakan tonggak-tonggak bersejarah dalam penelitian kependudukan sebagian karena Malthus menggunakan data yang ada secara teratur. Pada essaynya yang pertama ia mendebat ramalan Godwin tentang suatu masa depan dunia yang sempurna dengan kebutuham semua orang terpenuhi. Menurut ajaran Malthus, hal ini tidak tercapai karena penduduk cenderung bertambah daripada bahan pangan.
Malthus merasa bahwa terdapat konflik antara dua kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan makanan dan nafsu antar jenis kelamin. Jika bahan makanan meningkat, maka tanpa dikendaliakan penduduk akan bertambah hingga batas maksimal persediaan bahan makanan.
Malthus sangat prihatin dengan singkatnya jangka waktu yang dibutuhkan penduduk untuk menjadi dua kali lipat, dan ia memperkirakan bahwa penduduk Amerika Serikat akan menjadi dua kali lipat sebelum 25 tahun. Ia mengasumsikan bahwa sementara penduduk bertambah secara deret ukur dan dalam prakteknya produksi pertanian tidak dapat meningkat lebih cepat daripada deret hitung.
Perkembangan Tiap 25 Tahun
Perkembangan Penduduk: 1   2          4          8          16        32
Perkembangan Pangan   : 1     2          3          4          5          6
         
            Jadi, bila penduduk suatu negara berjumlah 11 juta, maka setelah 25 tahun penduduknya berjumlah 22 juta dan bahan makanan yang ada cukup untuk 22 juta penduduk. Setelah 50 tahun, penduduk akan tumbuh menjadi 44 juta, tetapi persediaan bahan makanan hanya cukup untum 33 juta penduduk. Deret hitung Malthus hanya mencoba menunjukkan bahwa penduduk dapat bertambah lebih cepat daripada bahan makanan, dan bahwa pada suatu waktu yang akan datang pertumbuhan penduduk akan terhambat oleh produksi makanan yang tidak mencukupi. Apabila jumlah penduduk cenderung tumbuh dengan cepat daripada bahan makanan, bagaimana keseimbangan dapat tercapai?. Pada essaynya yang terbit pada tahun 1798, Malthus menggambarkan dua kategori pengendalian penduduk yaitu adanya faktor pencegah yang mungkin dapat mengurangi ketimpangan antara jumlah penduduk dan jumlah persediaan bahan makanan (over popultion). Faktor pencegah tersebut menurut T.R Malthus dibagi menjadi dua diantaranya:
(1)          Positive cheks (pengendalian positif)
(2)          Preventive cheks (pengendalian preventif)
Faktor pencegah tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
(1)          Positive cheks( pengendalian positif)
Positive check adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Apabila di suatu wilayah jumlah penduduk lebih besar daripada jumlah persediaan pangan maka dapat dipastikan akan terjadi kelaparan, wabah penyakit. Sehingga dapat dipastikan tingkat kematin akan semakin meningkat.

Positive check dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Vice (kejahatan): yaitu segala jenis pencabutan nywa sesama manusia seperti manusia seperti pembunuhan anak-anak (infanticide), pembunuhan orang-orang cacat, dan orang tua.
b. Misery (kemelaratan): yaitu segala keadaan yang menyebabkan kematian seperti berbagai jenis penyakit dan epidemi, bencana alam, kelaparan, kekurangan pangan dan peperangan.
(2)          Preventive cheks
          Pengendalian preventif Yaitu faktor-faktor penghambat kelahiran atau sering disebut dengan moral restraint. Misalnya penundaan perkawinan, pengendalian hawa nafsu, pantangan kawin.
          Dalam essaynya tahun-tahun 1798 itu, pengendalian positif dan preventif  tersebut dianggap sebagai “malapetaka atau kejahatan”, tetapi pada tahun 1803 Malthus lebih optimis dan memperkenalkan suatu kategori baru, yaitu “moral restraint” atau pengekangan moral (yang berarti penundaan perkawinan sampai sanggup membiayai keluarga sendiri). Hal ini disebabkan oleh Malthus mengklasifikasikan pembatasan kelahiran sebagai “kejahatan”, maka pengekangan moral adalah satu-satunya jalan yang dapat diterima.
          Dasar yang digunakan oleh Malthus untuk menghitung perkembangan penduduk menurut deret ukur ialah dari pertambahan penduduk yang terjadi di daerah-daerah baru seperti Amerika Utara dimana pertambahan penduduknya sangat cepat sehingga kadang-kadang menjadi berlipat dua dalam tempo hanya 15 tahun. Sedangkan pertambahan pangan menurut deret hitung adalah berdasarkan teori bahwa tersedianya tanah pertanian adalah terbatas. Jika semua tanah yang baik sudah digunakan untuk pertanian, pertambahan hasil produksi makanan setiap tahunnya harus bergantung pada perbaikan tanah yang kini sudah ada. Luas tanah yang tak dapat ditambah lagi itu adalah suatu sumber modal yang kesuburannya menurun atau lambat laun menjadi berkurang. Karena uraiannya tersebut, sering pula teori penduduk Malthus disebut sebagai Teori Kelebihan Penduduk.
            Pada pertengahan abad ke-18, Revolusi Industri di Inggris sedang berada dalam puncaknya. Tetapi para buruh hidup dalam tingkat yang dekat dengan subsistensi fisik, dan kondisi mereka semakin memburuk pada pertengahan akhir abad ke18. Monoteni dan Repetisi menjadi karekteristik dari kerja di pabrik, tirani jam kerja pabrik dan kegiatan perakitan berada diluar kontrol semua buruh. Pembagian kerja yang dipuji-puji oleh Adam Smith dalam The Wealth of Nations sebagai cara untuk meningkatkan produktifitas dan srandar hidup membuat pekerja manjadi sangat rutin sehingga anak-anak dan wanita dapat melakukan pekerjaan sama mudahnya dengan pria. Pemilik usaha secara logis lebih suka mempekerjakan buruh wanita dan anak-anak karena pekerja ini dapat di bayar dengan lbih murah.
            Keadaan ini melahirkan banyak pejuang pembela kelas pekerja. Yang terkenal diantaranya adalah Marquis de Condorcet, Robert Owen dan William Godwin. Condorcet (1795) berpendapat bahwa kesetaraan ekonomi yang lebih besar dan keadaan yang lebih aman bagi buruh dapat meningkatkan kekayaan materi mereka. Untuk mencapai tujuan ini ia mendukung dua revormasi system kesejahteraan untuk memberikan keamanan bagi pekerja miskin, dan peraturan pemerintah tentang kredit untuk menjaga agar suku bunga tetap rendah sehingga keluarga yang membutuhkan dapat meminjam uang dengan biaya yang lebih rendah. Owen berusaha untuk mengembangkan masyarakat Utopian didalam kota-kota industry yang akan meningkatkan baik itu kondisi ekonomi ataupun kondisi sosial keluarga kelas buruh. Godwin (1793) bahkan lebih radikal dalam analisis dan usulan kebijakannya. Ia menyalahkan system kapitalis karena menyebabkan kemiskinan para buruh. Kemudian ia menuntut agar kekayaan diambil dari pemiliknya kemudian diberikan kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya. Hal ini kata Godwin, akan mengakhiri kemiskinan, ketidak adilan dan penderitaan manusia di seluruh dunia.
            Essay on Population (Malthus 1798) mengambil inspirasi dari orang-orang tersebut, tetapi karya tulis ini ditolak untuk menolak argument mereka tentang kemungkinan meningkatkan kondisi ekonomi. Malthus berpendapat bahwa kemajuan manusia adalah tidak mungkin karena kemiskinan dan penderitaan merupakan hal yang tak terelakkan dalam mayoritas sebagian masyarakat. Lebih jauh ia berpendapat bahwa semua usaha untuk mengurangi kemiskinan dan penderitaan, entah itu dengan maksud baik atau telah dipikirkan dengan baik, hanya akan memperburuk keadaan. Pendirian inilah yang membuat Thomas Carlisle menamakannya sebagai “ ilmu yang suram,” julukan yang terus dipakai lebih dari dua abad.
Tulisan-tulisan Malthus memang kontroversial, tetapi cukup berpengaruh terhadap kebijakan sosial. Malthus mengkritik “Poor Law” (peraturan untuk membantu orang miskin) di Inggris pada abad ke 18, karena peraturan itu memberikan bantuan kepada keluarga-keluarga besar. Ia berpendapat bahwa manusia pada dasarnya malas dan hanya akan bekerja kalau ia perlu menyokong keluarganya. Peraturan untuk bantuan kepada orang miskin yang baru dan lebih ketat dikeluarkan pada tahun 1834 menunjukkan pengaruh teori Malthus, dan orang miskin “dihukum karena kemisikinannya sendiri”. Menjelang tahun 1860, banyak pejabat pemerintah di India berpendapar bahwa kelaparan adalah suatu pengendalian positif terhadap jumlah penduduk yang tidak dapat dirubah dengan kebijakan pemerintah (Ambirajan, 1976). Meskipun pada abad ke 19 teori ini turun pamornya, teori-teori Malthus mulai diperhatikan lagi karena cepatnya pertumbuha penduduk di negara-negara berkembang, penghamburan sumber-sumber lain dan keprihatinan terhadap sumber pangan. Tulisan-tulisannya menentang pandangan kaum Merkantilis bahwa manusia menentukan sumber-sumber alam. Kaum Merkantilis sebaliknta menekan perlunya mengamati pertumbuhan penduduk dan kondisi sosial ekonomi.
          Teori Malthus tidak berlaku lagi bagi negara-negara  yang tergolong maju misalnya: Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australis, Inggris, Perancis, Jerman, Swiss, Belanda dan negara negara Eropa Barat lainnya. Pemerintah negara-negara tersebut dalam kependudukan menganut Kebijakan Anti Natalitas artinya pemerintah  berusaha untuk menekan tingkat kelahiran secara ketat, oleh karena ini jumlah penduduk di negara-negara tersebut konstan bahkan jumlah penduduk cenderung  mengalami penurunan dari tahun ke tahun. 
tetapi masih berlaku bagi negara-negara Asia. Teori Malthus memang benar dan berlaku sepanjang masa. Penganut golongan ini setuju dengan teori Malthus, meskipun ada beberapa tambahan /revisi. Pengikut Malthus ini disebut Neo Malthusionisme. Mereka beranggapan bahwa untuk mencapai tujuan hanya dengan moral restraint (berpuasa, menunda – perkawinan) adalah tidak mungkin. Mereka berpendapat bahwa untuk mencegah laju cepatnya peningkatan cacah jiwa penduduk harus dengan methode birth control dengan menggunakan alat kontrasepsi.
          Kelemahan Teori Malthus
Teori yang dikemukakan Malthus terdapat beberapa kelemahan antara lain:
a.       Malthus tidak yakin akan hasil preventive cheks.
b.      Ia tak yakin bahwa ilmu pengetahan dapat mempertinggi produksi bahan makanan dengan cepat.
c.       Ia tak menyukai adanya orang-orang miskin menjadi beban orang-orang kaya
d.      Ia tak membenarkan bahwa perkembangan kota-kota merugikan bagi kesehatan dan moral dari orang-orang dan mengurangi kekuatan dari negara
Akan tetapi bagaimanapun juga teorinya menarik perhatian dunia, karena dialah yang mula-mula membahas persoalan penduduk secara ilmiah. Disamping itu essaynya merupakan methode untuk menyelesaikan atau perbaikan persoalan penduduk dan merupakan dasar bagi ilmu-ilmu kependudukan sekarang ini.
Pengikut-Pengikut Teori Malthus
1.                  Francis Flace (1771-1854)
Pada tahun 1882 menulis buku yang berjudul Illustration and Proofs of the population atau penjelasan dari bukti mengenai asas penduduk. Ia berpendapat bahwa pemakaian alat kontrasepsi tidak menurunkan martabat keluarga, tetapi manjur untuk kesehatan. Kemiskinan dan penyakit dapat dicegah.
2.                  Richard Callihie (1790-1843)
Ia menulis buku yang berjudul “What Is Love”, apakah cinta itu menurut dia. Mereka yag berkeluarga tidak perlu mempunyai anak yang lebih daripada yang dapat dipelihara dengan baik. Wanita yang kurang sehat tidak perlu warna menghadapi bahaya maut karena kehamilan. Senggama dapat dipisahkan dari ketakutan akan kehamilan.
3.                  Any C. Besant (1847-1933)
Ia menulis buku yang berjudul “Hukum Penduduk, akibatnyadan artinya terhadap tingkah laku dan moral manusia”
4.                  dr. George Drysdale yang hidup tahun 1825 – 1904.
Ia berpendapat bahwa keluarga berencana dapat dilakukan tanpa merugikan kesehatan dan moral. Menurut anggapannya kontrasepsi adalah untuk menegakkan moral masyarakat.
Namun ada beberapa  pendapat ilmuan yang menentang pendapat maltus  yakni,
1.                  Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried Engels)
Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah Maltus. Paham Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus, karena menurutnya paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia.
Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.
Pendapat Aliran Marxist
·                     Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.
·                     Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
·                     Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
2.                  Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)
Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.
Tahun 1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.
Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi “The Population Explotion” yg berisi:
a.                   Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
b.                   Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
c.                    Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.
Analisis ini dilengkapi oleh Meadow (1972), melalui buku “The Limit to Growth” ia menarik hubungan antara variabel lingkungan (penduduk, produksi pertanian, produksi industri, sumber daya alam) dan polusi. Tapi walaupun begitu, melapetaka tidak dapat dihindari, hanya manusia cuma menunggunya, dan membatasi pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan baik.
Kritikan terhadap Meadow umumnya dilakukan oleh sosiolog yang menyindir Meadow karena tidak mencantumkan variabel sosial-budaya dalam penelitiannya. Karena itu Mesarovic dan Pestel (1974) merevisi gagasan Meadow & mencantumkan hubungan lingkungan antar kawasan.
Peranan Teori Kependudukan Malthus Terhadap Ilmu Sosial
Teori yang dikemukakan Malthus menarik perhatian dunia, karena dialah yang mula-mula membahas persoalan penduduk secara ilmiah. Disamping itu essaynya merupakan methode untuk menyelesaikan atau perbaikan persoalan penduduk dan merupakan dasar bagi ilmu-ilmu kependudukan sekarang ini. Doktrin Malthus juga punya akibat penting terhadap teori ekonomi. Para ahli ekonomi yang terpengaruh Malthus berkesimpulan bahwa, dalam keadaan normal, kebanyakan penduduk dapat mencegah kenaikan upah melampaui batas yang layak. Ekonom Inggris yang masyhur, David Ricardo, seorang sahabat akrab Malthus berkata; "Upah yang layak bagi buruh adalah upah yang diperlukan untuk memungkinkan para buruh dapat hidup dan bertahan dari pergulatan, tanpa bertambah atau berkurang." Teori ini lazim disebut "hukum baja upah," disetujui oleh Karl Marx, dan menjadi unsur penting dalam teorinya tentang "nilai lebih."
Pandangan Malthus juga mempengaruhi bidang ilmu biologi. Charles Darwin mengatakan bahwa dia sudah baca Essay on the Principle of Population Malthus, dan ini menyuguhkan mata rantai penting dalam teori evolusi melalui seleksi alamiah.
Keterkaitan Teori Malthus dengan Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan
          Usaha dari banyak Indonesia untuk menyediakan pangan bagi penduduk adalah dengan giat melakukan pembangunan atau modernisasi pertanian. Usaha ini dilakukan baik melalui perluasan tanah pertanian yang ada (ekstensifikasi) maupun meningkatkan produksi per hektarnya (intensifikasi).   
Indonesia tercatat baru pada tahun 1968-1969 sebagai peserta revolusi hijau dengan luas areal 198.000 hektar yang pada tahun 1972-1973 menjadi 1.521.000 hektar, meskipun sesungguhnya Indonesia telah memulainya sekitar tahun 1964-1965. Pada tahun 1973 produksi padi dengan Bimas telah mencapai 52 kuital per hektar dan dengan Inmas 40 kuintal per hektar. Adapun program transmigrasi setelah Indonesia merdeka dalam Pola Umum Pelita Ktiga (Lihat GBHN, TAP MPR No. II/MPR/1978) disebutkan antara lain: “Program transmigrasi ditujukan untuk meningkatkan penyebaran penduduk dan tenaga kerja serta pembukaan dan pengembangan daerah produksi dan pertanian baru dalam rangka pembangunan daerah khususnya di luar Jawa, yang dapat menjamin taraf hidup para transmigran, dan taraf hidup masyarakat sekitar”. 


DAFTAR RUJUKAN
Lubis, Firman.  1982. Masalah Kependudukan dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sumanto, Bakdi Ani. 1955. Pengantar Kependudukan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


No comments:

Post a Comment