Sunday, October 30, 2016

Makalah: Kepemimpinan



BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pencapaian tujuan perusahaan sering kali tidak dapat dilakukan dengan mudah. Berbagai kendala menghadang perusahaan dalam upayanya untuk mencapai tujuan. Gejolak perekonomian, aktivitas pesaing yang semakin agresif dan berbagai kesulitan lainnya sering kali membuat tujuan yang hendak dicapai perusahaan menjadi tidak mudah.
Permasalahan yang sama terjadi pada saat perusahaan ingin melakukan perubahan agar lebih sesuai dengan perkembangan lingkungan. Sumber daya manusia perusahaan yang sudah terbiasa dengan cara lama akan memilika keengganan untuk berubah. Hal ini antara lain terjadi karena tujuan baru yang ingin dikejar perusahaa masih terlalu samar, sehingga mereka khawatir perubahan tersebut hanya akan menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi kepentingan karyawan.
Pada berbagai situasi seperti itulah perusahaan membutuhkan pemimpin yang akan menjalankan fungsi kepemimpinan. Kepemimpinan (Leadership) adalah suatu proses yang dilakukan manajer perusahaan untuk mengarahkan dan memengaruhi para bawahannya dalam kegiatan yang berhubungan dengan tugas, agar para bawahaannya tersebut mau mengerahkan seluruh kemampuan-baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu tim, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai Pengertian dari kepemimpinan, pendekatan studi kepemimpinan, pendekatan perilaku kepemimpinan serta teori-teori kepemimpinan.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, Rumusan masalah dalam makalah ini adalah.
1.    Bagaimanakah konsep mengenai pengertian Kepemimpinan?
2.    Bagaiman seorang pemimpin mampu memengaruhi pihak lain?
3.    Bagaimana Pendekatan-pendekatan studi Kepemimpinan?

C.  Tujuan
Berdasarkan Rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan makalah ini adalah.
1.      Memaparkan konsep mengenai pengertian kepemimpinan.
2.      Mendeskripsikan bagaimana seseorang dapat mempengaruhi pihak lain.
3.      Memaprkan Pendekatan-pendekatan studi Kepemimpinan.
























BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada Bab I, pembahasan masalah akan menyajikan tentang (1)  Konsep Pengertian Kepemimpinan (2) Mendiskripsikan bagaimana seseorang pemimpinan dapat mempengaruhi pihak lain (3) Pendekatan-pendekatan studi Kepemimpinan.

A.  Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan (Leadership) adalah suatu proses yang dilakukan manajer perusahaan untuk mengarahkan dan memengaruhi para bawahannya dalam kegiatan yang berhubungan dengan tugas, agar para bawahaannya tersebut mau mengerahkan seluruh kemampuan-baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu tim, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Kepemimpinan menurut Hemhill dan coons adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama.
Menurut Stoner, Kepemimpinan manajerial yaitu sikap sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Ada tiga implikasi penting dari definisi-definisi tersebut:
1.    Kepemimpinan memiliki sifat mengarahkan yaitu mengarahkan orang- orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Hal ini dilakukan para pemimpin dengan terlebih dahulu menetapkan tujuan yang jelas, yang berisi arahan terhadap usaha para bawahan. Para pemimpin tidak hanya dapat memerintahkan bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer dapat mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan dalam menentukan cara bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan cepat.
2.        Kepemimpinan memiliki sifat memengaruhi ( influencing). Yakni dalam hal ini pemimpin harus mampu mengubah perilaku bawahanan, kolega, maupun atasan mereka, baik dengan perkataan, sikap, kepribadian, dan perbuatan agar pihak-pihak tersebut mau bekerja sama dalam proses pencapaian tujuan organisasi.
3.        Pemimpin memiliki wewenang yaitu hak yang dimiliki pemimpin untuk memengaruhi orang lain (bawahannya) dalam kegiatan yang berhubungan dengan tugas/ pekerjaan. Wewenang ini berasal dari kekuasaan power yang dimiliki seorang pemimpin. Dengan demikian, kekuasaan yang dimiliki pemimpin tidak sama/ sebanding dengan kekuasaan yang dimiliki bawahannya. Dalam hal ini para pemimpin memiliki kekuasaaan yang lebih bedar dari bawahannya.

B.  Bagimana  Seorang pemimpin dapat mempengaruhi orang lain?
Salah satu hal terpenting dari kepemimpinan adalah bagaimana seoran pemimpin dapat memngaruhi pihak-pihak yang dapat membantu pencapaian tujuan organisasi. Pengaruh (influence)  adalah berbagai upaya-upaya yang dilakukan seseorang untuk engubah perilaku atasannya, teman sejawat, maupun para bawahannya (Kreitner, 2007: 438). Untuk mengubah perilaku bebrbagai pihak tersebut, seprang pemimpin menggunakan berbagai upaya, antara lain: penggunaan kekuasaan (power), taktik mempengaruhi (influence tactic), Mentoring, modifikasi perilaku (behavior modification), dan komunikasi.
a)                  Kekuasaan (Power) kekuasaan adalah kemampuan (ability) yang dimiliki seseorang untuk menguasai sumber daya manusia, informasi, dan material agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan. Kekuasaan memiliki 3 dimensi, yakni kemampuan untuk menolak permontaan pihak lain (power from) (Kreitner, 2007).
Rumusan kekuasaan diataas menekankan bahwa kekuasaan merupakan suatu kemampuan. Hal ini berbeda dengan wewenang (authority) dimana wewenang merupakan hak (right) untuk mengarahkan bawahan karena secara resmi pemegang wewenang diangkat oleh otoritas yang lebih tinggi untuk memiliki hal tersebut
Karena kekuasaaan merupakan sesuatu kemampuan sedangkan otoritas merupakan sesuatu hak, maka bisa terjadi tiga kemungkinan situasi dalam kaitannya dengan kepemimpinan:
1.      Situasi di mana seseorang memiliki wewenang tetaapi tidak memiliki kekuaasan. Hal ini bisa terjadi karena oraang tersebut tidaak memiliki kemampuan untuk menggunakan wewenang yang dimilikinya seehingga wewenang yang dimilikinya sehingga wewenang yang dimilikinya tidak bisa memengaruhi pihak lain. Sebagai contoh, DPR di masa orde baru adalah lembaga yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan check and balance tetapi tidak memiliki kekuasaan, karena itu presiden selaku lembaga eksekutif memiliki kekuasaan yang jauh kebih besar dibanding DPR. Efektivitas seorang pemimpin dalaam menjalankan fungsi kepemimpinannya juga sangat dibatasi oleh konteks, yaitu berbagao situasi yaang dihadapi pemimpin pada saat menjalankan fungsi kepemimpinan.
2.      Situasi dimana seseorang memiliki kewenangan sekaligus kekuasaan, karena orang tersebut memiliki kemampuan untuk menggunakan wewenangnya. Contohnya : Presiden Soeharto adalah pemimpin yang memiliki kewenangan dan juga memiliki kemampuan untuk menggunakan wewenang tersebut sehingga dia memiliki pengaruh dan dapat mempertahankan kekuasaannya selama 32 tahun
3.      Situasi dimana seseorang memiliki kekuasaan tetapi tidak memiliki kewenangan. Hal ini terjadi karena orang tersebut dapat memanfaatkan wewenang yang dimiliki orang lain untuk kepentingannya. Sebagai contoh, seorang istri pejabat meskipun tidak memiliki wewenag formal, biasanya memiliki kekuasan terhadap para bawahan suaminya
Darimana seorang pemimpin memperoleh kekuasaan? French dan Raven (Cartwright dan Zander, 1960) menyebutkan adanya lima sumber kekuasaan yang bisa diperoleh seseorang dalam hubungannya dengan pihak lain. Kelima sumber kekuasaan terseut adalah: legitimate power,expert power,reward power, coercive power, dan referent power.
1.      Legitimate power, yakni pemimpin memiliki kekuasaan karena dia diberi kewenangan oleh otoritas/pemegang kekuasaan yang lebih tinggi.
2.      Expert Power, yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena keahlian yang menonjol dalam bidang keahlianya shingga dia diakui otoritas keahliannya oleh orang lain
3.      Reward Power, yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karenaa pemimpin tersebut dapat memberikan imbalan atas kinerja yang ditunjukkan seseorang
4.      Coercive power, yaitu kekuasaan yang dimiliki seorng pemimpin karena dia memiliki kemampuan untuk memaksa orang agar patuh terhadap perintahnya
5.      Referent power,  yaitu kekusaan yang dimiliki seorang pemimpin karena wibawa yang dia miliki. Sedangkan kewibawaan seorang pemimpin diperoleh dari keselarasan antara kemampuan (kemampuan retorika) dan perbuaatan seorang pemimpin.
b)                  Taktik Memengaruhi (influence tactics) ketika peneliti Gary Yukl dan Ceicilia menanyakan kepada para responden, “apa yang akan anda lakukan sehingga atasan, rekan kerja, dan bawahan anda mau melakukan apa yang anda inginkan?” jawaban yang muncul atas pertanyaan tersebut menghasilkan delapan taktik memengaruhi, sebagai berikut:
1.      Konsultasi (consultation) Melalui  konsultasi, pihak yang ingin memperoleh pengaruh atas orang lain berusaha melibatkan pihak yang ingin dipengaruhi melalui pengambilan keputusan bersama.
2.      Persuasi Rasional (Rasional Persuasion) merupakan upaya yang dilakukan pihak yang mencari pengaruh dengan cara meyakinkan pihak lain yang ingin dipengaruhi melalui pemaparan fakta-fakta secara rasional.
3.      daya tarik inspirasi (inspirational appeal). Pihak yang mencari pengaruh berusaha memengaruhi pihak yang ingin dipengaruhi melalui penanaman daya tarik, baik secara emosi, nilai, atau berbagai ide untuk menghasilkan antusiasme dan rasa percaya diri pada pihak yang dipegaruhi.
4.      Taktik menjilat (ingratiating tactics), manusia pada dasarnya ingin dihargai. Pihak yang mencari pengaruh dapat memanfaatkan kebutuhan manusia akan penghargaan ini dengan menjadikan pihak lain  yang ingin dipengaruhi merasa dibutuhkan atau diperhatikan. Selain itu pihak yang mencari pengaruh dengan cara menjilat sering kali menyajikan berbagai fakta yang ingin didengar oleh atasan dan bukan fakta yang perlu diketahui sesungguhnya oleh atasan. Hal ini menjadikan orang yang menjilat terlihat kompeten di dalam menjalankan tugasnya dan bisa memperoleh dukungan dari atasan.
5.      Taktik koalisi (coalition tactics). Koalisi merupakan taktik mencari pengaruh dengan cara merangkul pihak lain agar berada di pihak yang mencari pengaruh dan bersama-sama mengupayakan agar pihak yang akan dipengaruhi bisa menyetujui keinginan mereka
6.      Taktik menekan (pressure tactics). Untuk dapat memperoleh kepatuhan dari pihak lain, para pencari pengaruh menggunakan berbagai cara intimidasi maupun ancaman. Teknik ini lebih banyak digunakan oleh manajer yang memiiki gaya kepemimpinan otoriter
7.      Memperoleh dukungan atasan (upward appeals). Dalam hal ini orang yang ingin memengaruhi, berusaha mencari dukungan dari manajemen yang lebih atas, agar mereka bisa memengaruhi pihak lain
8.      Taktik pertukaran (exchange tactics). Seseorang berusaha memengaruhi orang lain dengan meminta balasan atas kebaikn ang pernah ia lakukan di masa lalu.
c)                  Mentoring. Salah satu faktor yang menyebabkan mengapa seorang pemimpin lebih baik dibanding pemimpin yang adalah kesediaan pemimpin tersebut untuk menjadi mentor
Mentor adalah seorang individu yang secara sistematis mengembangkan kemampan orang lain melalui pelatihan dan pembimbingan yang intensif. Seorang mentor bersedia “mempertaruhkan kehidupannya” untuk mengembangkan par juniornya dan membangun hubungan emosional yang erat dengan para juiornya. Dalam kaitannya dengan hubungan antara manajer senior dengan manajer junior dalam proses mentoring, manajer senior sebagai mentor dapat menjalankan dua fungsi yang sangat penting yakni :
1.      Fungsi untuk meningkatkan karier manajer junior (career enhancment function). Sebagai contoh, mentor dapat mensponsori manajer junior yang berada di bawah asuhanya agar dikenal kinerjanya (meningkatkan visibility) oleh para manajer senior untuk meningkatkan peluangnya memperoleh promosi jabatan.
2.      Fungsi untuk memberikan dukungan secara psikologis dan sosial (psychological adn social support function ). Sebagai contoh, mentor dapat dijadikan model dalam menjalankan peran manajerial sehingga para junior dapat mempelajari kelebihan dan kekurangannya secara langsung. Selain itu para mentor juga dapat memberikan dukungan psikologis bagi para juniornya melalui perusahaan yang mereka berikan.
d)                  Modifikasi perilaku (behavior modification) menurut skinner (kreitner, 2007), perilaku seseorang dapat dikendalikan karena perilaku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dimana seseorang berada. Skinner termasuk penganut aliran behaviorism yang dipelopori oleh thorndike dan watson, dimana aliran ini berpendapat bahwa perilaku yang dapat diamati lebih penting dibanding keadaan kejiwaan seseorang yang bersifat hipotesis (hypothetical inner state) seperti kebutuhan, motif, dan ekspektasi.
Modifikasi perilaku merupakan penerapan teknik operant-conditioning yang diperkenalkan oleh skimer dalam mmecahkan berbagai masalah perilaku sehari hari. Modifikasi perilaku mencakup didalamnya pengelolaan sistematis terhadap berbagai faktor yang ada di lingkungan sehingga seseorang yang berada di dalamnya lebih sering melakukan pekerjaan yang benar dibanding yang salah. Modifikasi perilaku dapat dicapai melalui pengelolaan berbagai anteseden perilaku dan konsekuensi perilaku
Anteseden merupakan berbagai keadaan di dalam lingkungan seseorang yang akan menggiring orang tersebut untuk berperilaku dengan cara tertentu. Menurut kreitner (2007) agar modifikasi perilaku dapat berjalan dengan efektif, manajer harus mengelola anteseden dengan cara: pertama, menyingkirkan berbagai hambatan (barriers) yang akan menghalangi seseorang mencapat penyelesaian pekerjaan dengan baik. Sebagai contoh, manajer harus menghindarkan kebingungan dari para bawahan ang mmperoleh perintah dari beberapa manajer sekaligus. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki jalur komando, shingga bawahan bisa bekerja dengan baik kedua, memberikan bantuan yang dapat meningkatkan peluang bagi karyawan untuk engerjakan pekerjaan dengan baik. Sebagai contoh manajer menetapkan tujuan yang realistis (tujuan tersebut menantang tapi memungkinkan untuk dicapai). Para karyawan memiliki peluang lebih besar untuk mencapai tujuan yang realistis dibandingkan tujuan yang tidak realistis.
Selain mengelola anteseden perilaku, para manajer yang menerapkan modifikasi perilaku juga harus mengelola konsekuensi perilaku, yakni apa yang harus dilkukan oleh manajer setelah seorang bawahan menunjukkan perilaku tertentu. Dalam hal ini, setelah seseorang menunjukkan kinerja terntentu maka kepadanya dapat diberikan alternatif konsekuensi yang terdiri dari 4 kategor konsekuensi,  yakni :
1.      Peneguhan positif (positive reinforcement), merupakan suatu peneguhan yang mendorong seseoang tetap melakukan perilaku tertentu dengan segera memberikan konsekuensi dan perilaku yang telah diunjukkan melalui cara yang menyenangkan orang tersebut. Sebagai contoh, pada saat seorang tenaga penjualan dapat melampaui target penualan maka perusahaan memberikan bonus. Pemberian bonus merupakan bentuk peneguhan positif, agar tenaga penjualan tersebut senantiasa mempertahankan prestasinya.
2.      Peneguhan negative (negative reinforcement), merupakan suatu peneguhan yang mendorong seseorang melakukan perilaku tertentu dengan menghentikan sesegera mungkin konsekuensi perilaku yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh, seorang karyawan akan belajar untuk melakukan suatu pekerjaan dengan benar dengan tujuan menghindari teguran yang terus menerus dari atasannya saat dia melakukan kesalahan.
3.      Taktik pemadaman (extinction tacties), merupakan suatu tindakan untuk tidak memberi pujian atau perhatian terhadap seseorang dengan tujuan agar orang tersebut dapat mengubah perilakunya. Sebagai contoh, seorang manajer penjualan mengabaikan berbagai pertanyaan yang diajukan oleh seorang supervisor penjualan setelah mengetahui bahwa supervisor tersebut memiliki kinerja yang buruk. Pengabaian oleh sang manajer bertujuan agar supervisor tersebut lebih bisa bekerja dengan baik daripada hanya pandai bertanya.
4.      Pemberian hukuman (punishment), merupakan suatu tindakan untuk memberikan suatu perlakuan yang tidak menyenangkan kepada seseorang setelah ia melakukan perilaku yang tidak diinginkan. Sebagi contoh, manajer toko dapat melakukan pemecatan terhadap karyawan toko yang melakukan pencurian untuk menghindari terulangnya kembali kejadian seperti itu dimasa mendatang.
e)                  Komunikasi (communication). Berdasarkan tujuannya, komunikasi dapat dibagi ke dalam tiga kategori yakni komunikasi informatif, komunikasi rekreatif, dan komunikasi persuasif, pada saat melakukan komunikasi informatif, komunikator (orang yang mengirim pesan) berkeinginan agar para pendengarnya memperoleh pemahaman atas informasi yang disampaikan. Komunikasi informatif dilakukan misalnya pada saat dosen memberikan kuliah kepada para mahasiswa. Komunikasi rekreatif merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan tujuan agar para pendengar merasa terhibur dengan komunikasi yang dilakukannya. Sebagai contoh, seorang direktur utama sebuah perusahaan dapat menyampaikan pidato yang mengandung giuonan (hoke) pada saat mengadakan jauan makan malam untuk menghormati karyawan berprestasi.
Meskipun dua jenis komunikasi yang telah disebutkan di atas memiliki peran dalam pngubahan perilaku, tetapi jenis komunikasi persuasiflah yang paling banyak digunakan seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi persuasif merupakan komunikasi yang bertujuan untuk membujuk seseorang agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan kounikator. Sebagai contoh, komunikasi yang dilakukan oleh kennedy kepada para pemilih kulit hitam di indianapolis, merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif yang bertujuan mencegah terjadinya konflik horizontal yang lebih luas antara kulit putih menyusul terbunuhnya martin luther king, jr.

C.   Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional (“contingency”) dalam studi tentang kepemimpinan.
1.    Pendekatan  sifat-sifat kepemimpinan
Para teoritisi, kesifatan adalah kelompok pertama yang bermaksud menjelaksan tentang aspek kepemimpinan. Mereka percaya bahwa para pemimpin memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang menyebabkan mereka dapat memimpin para pengikutnya. Daftar sifat-sifat ini dapat menjadi sangat panjang, tetapi cenderung mencakup energi, pandangan, pengetahuan, dan kecerdasan, imajinasi, kepercayaan diri, integritas, kepandaian berbicara, pengendalian dan keseimbangan mental maupun emosional, pergaulan sosial dan persahabatan, dorongan, berani dan sebagainya.
Sebagian besar penelitian-penelitian awal tentang kepemimpinan bermaksud :
d      Membandingkan sifat-sifat orang yang menjadi pemimpin dengan sifat-sifat yang menjadi pengikut (tidak menjadi pemimpin).
d      Mengidentifikasikan ciri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki oleh para pemimpin efektif.

Penemuan-penemuan lanjutan
            Sifat-sifat tertentu yang tampak penting untuk kepemimpinan efektif menurut Edwin Ghiselli, yaitu :
v         Sebagai pengawas (supervisor abiity).
v         Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan.
v         Kecerdasan.
v         Ketegasan (decisiveness).
v         Kepercayaan diri.
v         Inisiatif.
Ada banyak keterbatasan dalam pendekatan yang melihat sifat-sifat kepemimpinan. Walaupun semua sifat yang dikemukakan para peneliti dapat menjadi yang diinginkan ada dalam diri pemimpin, tetapi tidak satu pun sifat yang secara absolut esensial.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
2.    Pendekatan Perilaku Kepemimpinan
Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin. Sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam kegiatan sehari-hari, dalam hal bagaimana cara pemimpin itu memberi perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin kerja bawahan, cara menyelenggarakan dan memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan dan sebagainya.
Pendekatan perilaku memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu fungsi-fungsi dan gaya-gaya kepemimpinan. Teori-teori dan penelitian-penelitian yang paling terkenal adalah :
ü Teori X dan teori Y dari Douglas McGregor.
ü Studi Michigan oleh ahli psikologi sosial Rensis Likert.
ü Kisi-kisi manajerial dari Blake dan Mouton.
ü Studi Ohio State

Fungsi-fungsi kepemimpinan
1)   Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan masalah menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat.
2)   Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group maintenance) atau sosial mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar persetujuan dengan kelompok lain, penegahan perbedaan pendapat, dan sebagainya.

Gaya-gaya kepemimpinan
1)   Gaya dengan orientasi tugas (task oriented), manajer mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya.
2)   Gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented), manajer mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka.

Teori X dan teori Y dari McGregor
Strategi kepemimpinan efektif yang mempergunakan manajemen partisipatif dikemukakan oleh Douglas McGregor, sebagai pengalamannya menjadi konsultan McGregor menyimpulkan dua kumpulan anggapan teori X dan teori Y

Anggapan-anggapan teori X
a.    Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya bila mungkin.
b.    Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar mereka menjalankan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
c.      Rata-rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab, mempunyai ambisi relatif kecil, dan menginginkan keamanan/ jaminan hidup di atas segalanya.

Anggapan-anggapan teori Y
a.       Penggunaannya usaha phisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia, seperti bermain atau istirahat.
b.      Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah satu-satunya cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi.
c.       Keterkaitan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka.
d.      Rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab.
e.       Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreativitas dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan.
f.        Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi kehidupan industri modern.

Sistem manajemen dari Likert
Likert menyusun suatu model empat tingkatan efektivitas manajemen :
Sistem 1, manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya.
 Sistem 2, manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar-komentar terhadap perintah-perintah tersebut.
Sistem 3, manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan terlebih dahulu dengan bawahan.
Sistem 4, sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan.

Kisi-kisi manajerial dari Blake dan Mouton
1.1 Manajemen jatuh miskin, pencurahan usaha minimum untuk melaksanakan pekerjaan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan untuk memotong keanggotaan organisasi.
1.9 Manajemen santai, perhatiannya sepenuhnya pada kebutuhan-kebutuhan karyawan bagi pemuasan hubungan-hubungan yang mengarahkan kesuatu suasana persahabatan dan kecepatan kerja yang menyenangkan dalam organisasi.
5.5 Manajemen manusia organisasi, prestasi organisasi yang memadai dapat dicapai melalui penyeimbangan keperluan pelaksanaan kerja dengan pemelihara semangat kerja karyawan pada tingkat yang memuaskan.
9.1 Wewenang ketaatan, efisiensi operasi dihasilkan dari penciptaan kondisi kerja dengan suatu cara di mana unsur manusia dilibatkan pada derajat minimum.
9.9 Manajemen team, penyelesaian pekerjaan adalah dari dedikasi karyawan, saling bergantung melalui suatu “pancangan umum” dalam tujuan organisasi yang mengarahkan untuk hubungan-hubungan yang saling mempercayai dan menghormati.

Studi Ohio-State
Penelitian Ohio menemukan empat gaya kepemimpinan,yaitu : 1)Struktur Rendah Perhatian Tinggi.Pemimpin mendorong hubungan kerjasama harmonis dan kepuasan dengan kebutuhan sosial anggota kelompok. 2)Struktut Tinggi Perhatian Rendah.Pemimpin memusatkan perhatian hanya kepada tugas perhatian pada pekerja tidak penting.3)Struktur rendah perhatian rendah.Pemimpin menarik diri dan menempati peranan pasif. Pemimpin membiarkan keadaan sejadinya.4)Struktur Tinggi Perhatian Tinggi Pemimpin mendorong mencapai keseimbangan pelaksanaan tugas dan pemeliharaan hubungan kelompok yang bersahabat.
3.    Pendekatan Situasional-“Contingency”
Pendekatan kesifatan dan perilaku belum sepenunya dapat menjelaskan kepemimpinan. Disamping itu sebagaian besar penelitian masa kini menyimpulkan bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dibawah seluruh kondisi. Pendekatan situasional menggambarkan bahwa gaya yang digunakan adalah bergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan, tugas, organisasi, dan variabel-variabel lingkungan lainnya. Teori-teori situasional yang terkenal adalah;
1.      Teori “contingency” dari Fielder
2.      Teori siklus-kehidupan dari Hersey dan Blachard
3.      Model rangkaian kesatuan kepemimpinan dari Tannenbaum & Schmidt

Teori “contingency” dari Fielder
Fiedler berpendapat bahwa pemimpin akaan berhasil menjalankan kepemimpinannya, jika menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda di suatu situasi yang berbeda. Artinya gaya kepemimpinan yang digunakan tergantung pada situasi.
Ada tiga sifat situasi yang dapat mempengaruhi efektivitas kepemimpinan, yaitu hubungan pimpinan dengan bawahan yang menguntungkan situasi, derajat susunan tugas yang menguntungkan situasi, dan kekuasaan formal yang menguntungkan situasi.
Hubungan pimpinan dengan bawahan yang menguntungkan situasi ditandai dengan hubungan yang harmonis atara atasan dengan bawahan, pemimpin diterima oleh bawahannya. Derajat susunan tugas yang menguntungkan situasi ditandai dengan pembagian tugas yang didasarkan pada profesionalisme, pemimpin yang mampu memimpin, dan kekuasaan formal yang menguntungkan situasi, ditandai oleh kekuasaan yang legal. Dan semua tugas bawahan serta kepemimpinannya dapat dipertanggungjawabkan.
Hubungan antara pemimpin dengan bawahan dibedakan menjadi hubungan baik buruk, derajat (struktur) tugas dibedakan tersusun-tidak tersusun, tidak, dan kekuasaan formal dibedakan atas kuat dan lemah. Jika ketiga sifat ini dihubungkan maka terbentuk empat macam kombinasi situasi menguntungkan dan empat macam situasi yang tidak menguntungkan.
Teori siklus-kehidupan dari Hersey dan Blachard
Kepemimpinan situasional menurut Hersey & Blanchard (2000), didasarkan saling pengaruh antara perilaku kepemimpinan yang ia terapkan, sejumlah pendukungan emosional yang ia berikan, dan tingkat kematangan bawahannya.

Model Rangkaian Kesatuan Kepemimpinan Tannenbaum & Schmidt
Tannenbaum & Schmidt, berpendapat bahwa ada tiga factor yang dipertimbangkan pemimpin dalam memilih gaya kepemimpinannya, yaitu kekuatan dirinya sendiri sebagai pemimpin, kekuatan bawahannya, dan kekuatan situasinya.
Model kontinum Tannenbaum & Schmidt, merupakan garis yang diawali dengan titik yang menunjukkan perilaku terpusat pada pimpinan yang diakhiri dengan titik yang menunjukkan perilaku yang terpusat pada bawahan dengan berbagai variasi di antara kedua titik tersebut.

Pentingnya Fleksibilitas
            Ini membantu untuk menanggapi terhadap orang-orang atau situasi-situasi secara tepat dan membuat penyesuaian bila terjadi penyimpangan dari antisipasi. Penting juga dilakukan percobaan dengan berbagai pendekatan yang berbeda dan mempelajarinya melalui analisa terhadap hasil-hasil.






















BAB III
STUDI KASUS
Gaya kepemimpinan Chairul Tanjung

Chairul Tanjung (CT) adalah satu dari sedikit generasi muda Indonesia yang meraih kesuksesan dalam waktu yang relative singkat dan dengan visi dari CT yang jelas, CT dengan CT Corp nya masih akan terus menuai keberhasilan di masa yang akan datang. Terlahir dari orang biasa tidak lantas membuat CT memiliki nasib yang serupa dengan kedua orang tuanya.
Keinginan yang besar untuk keluar dari kemiskinan telah membuatnya seperti saat ini. Berbagai usaha telah dijalaninya sejak usia belia. Pada saat menempuh pendidikan di UI dengan mengambil Jurusan Kedokteran Gigi, CT telah melakoni usaha percetakan (fotocopy), penyedia peralatan praktek kedokteran dan bahkan jual beli mobil.
CT terjun pada usaha yang tidak berhubungan dengan latar belakang pendidikannya atau bahkan mengikuti hobinya seperti kebanyakan pengusaha lain. Pada saat ini CT Corp memiliki beragam lini usaha diantaranya adalah bidang media (Trans TV, Trans7), financial (Bank Mega, para finance), retail (carrefeur, metro), perkebunan (CT Agro) dan property. Sampai dengan pertengahan Tahun 2013 terdapat 75.000 pekerja yang tergabung di dalam CT Corp.
Selain kejeliannya memanfaatkan peluang dan juga kegigihannya pengalaman CT yang aktif dalam berorganisasi terbukti telah membentuk karakter CT sampai dengan saat ini. Selain melakukan bisnis dengan baik, CT adalah salah satu pengusaha yang memiliki jiwa nasionalis yang tinggi, banyak pemikiran-pemikiran yang disumbangkan untuk kemajuan Bangsa Indonesia. CT adalah salah satu penggagas/penyusun  visi Indonesia Tahun 2030, bahkan sampai saat ini CT tercatat sebagai ketua dari Komite Nasional Ekonomi Indonesia, sebuah jabatan yang tentunya cukup menyita waktu dan perhatian, akan tetapi hal tersebut adalah sebagai salah satu bukti senasionalis apakah CT. Perkembangan bisnis yang sangat pesat ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari kepemimpinan dari CT.
Pada buku mengenai biografi dari CT ini terlihat bagaimana piawainya seorang CT dalam memimpin keseluruhan lini bisnisnya. Berikut adalah beberapa sifat/karakter dari kepemimpinan yang dijalankan oleh CT dalam menjalankan bisnisnya baik dalam berorganisasi dan juga dalam kehidupan sehari-hari.
·         Ketekunan dan pekerja keras telah ditunjukan sejak belia oleh CT, tentunya hal ini dapat menjadi contoh yang baik bagi seluruh bawahan CT. Karena salah satu hakikat menjadi pemimpin adalah menjadi contoh yang baik.
·         Dalam beberapa paparan jelas terlihat bahwa CT memiliki sifat yang idealis dan sangat menjaga etika dalam berbisnis. CT tidak menghalalkan segala cara untuk membesarkan usahanya. Bahkan disebutkan bahwa CT tidak pernah sekalipun menyuap aparat negara dalam melancarkan bisnisnya.
·         CT selalu menekankan pentingnya inovasi dalam melakukan bisnis. Salah satu yang mudah terlihat adalah acara-acara yang mengisi stasiun TV yang dimiliki oleh CT Corp seringkali menampilkan acara-acara yang sama sekali baru di Indonesia bahkan diluar negeri. Tentunya pentingnya inovasi ini telah ditanamkan kepada seluruh karyawan yang dimulai dari pucuk pimpinan setiap lini bisnis.
·         CT adalah seorang pemimpin yang visioner. Visi yang ditetapkan sungguh jelas berikut dengan parameternya. Sebagai contoh CT memiliki visi pada tahun 2030 indonesia harus menjadi kekuatan ekonomi 5 besar dunia, memiliki pendapatan per kapita $ 18.000, Masuk kepadalam 10 besar tujuan wisata dunia, Mandiri secara energy dan minimal 30 perusahaan asala Indonesia dapat masuk kedalam fortune 500.
·         CT memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, atau dengan kata lain CT dengan integritasnya dan profesionalismenya mendapat kepercayaan yang tinggi dari berbagai kalangan. Hal ini terlihat bagaimana CT dengan mudahnya orang-orang terbaik untuk mengisi posisi pimpinan di unit-unit usahanya.
·         Kemampuan pendelegasian tugas pun dapat dijalankan dengan baik oleh CT, hal ini  dapat terlihat bahwa CT mempercayai apa yang dilakukan oleh bawahannya terutama para pimpinan di unit bisnisnya. CT lebih memfokuskan pada membangun visi, nilai-nilai dan juga tata kelola perusahaan yang baik.
Dengan beberapa ciri kepemimpinan CT yang tegas, berani mengambil risiko, menyadari pentingnya inovasi, kreatif, kemampuan pendelegasian tugas dan menjadi inspirator bagi banyak orang dapat dikatakan bahwa CT memiliki tipe kepemimpinan entrepreneur/entrepreneurial leadership.
Di era perubahan yang cepat, CT telah menjalankan kepemimpinan yang berlandaskan entrepreneurship.  Tipe kepemimpinan ini sungguh bertolak belakang dengan birokrasi dan proses yang bertele-tele. Kecepatan, kreativitas, profesionalisme dan inovasi adalah inti dari dari tipe kepemimpinan yang dimiliki oleh CT.
Pada kajian ini dapat terlihat betapa vitalnya peran seorang pemimpin dengan tipe kepemimpinan yang tidak sama satu dengan yang lainnyayang menjadi nahkoda dalam suatu organisasi/perusahaan. Pemimpin lah yang akan menentukan arah dari organisasi, apakan akan dibawa kepada keberhasilan atau malah sebaliknya.










BAB IV
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Pada Bab II telah dipaparkan secara rinci penjelasan tentang Kepemimpinan. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat dikemukakann simpulan sebagai berikut.
d          Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama.
d          Tiga implikasi penting dari definisi ialah: Mengarahkan, memengaruhi, wewenang.
d          Upaya pemimpin untuk mempengaruhi orang lain, antara lain: Kekuasaan, taktik mempengaruhi, mentoring, modifikasi perilaku, dan komunikasi.
d          Pendekatan–pendekatan studi kepemimpinan antara lain: Sifat-sifat, Perilaku, Situasional.

B.  Saran
Sebagai generasi penerus bangsa Sangat diperlukan jiwa kepemimpinan pada setiap individu. Sehingga mampu menerapkan sikap dan jiwa kepemimpinan dalam berpikir dan bertindak, serta mengambil suatu keputusan. Selain itu, pemimpin juga harus memiliki komitmen yang kuat serta gigih dalam menuntaskan pekerjaannya karena semakin kuat yang memimpin maka semakin kuat pula yang dipimpin beserta organisasi atau kelompoknya.



DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Solihin, Ismail. 2009. Pengatar Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga


Widyatama, MM. 2014. Gaya Kepemimpinan Chairul tanjung, (Online), (https://ardianwidyatama.wordpress.com/2014/11/05/gaya-kepemimpinan-chairul-tanjung/), diakses 19 Oktober 2016.