BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencapaian tujuan
perusahaan sering kali tidak dapat dilakukan dengan mudah. Berbagai kendala
menghadang perusahaan dalam upayanya untuk mencapai tujuan. Gejolak
perekonomian, aktivitas pesaing yang semakin agresif dan berbagai kesulitan
lainnya sering kali membuat tujuan yang hendak dicapai perusahaan menjadi tidak
mudah.
Permasalahan yang sama
terjadi pada saat perusahaan ingin melakukan perubahan agar lebih sesuai dengan
perkembangan lingkungan. Sumber daya manusia perusahaan yang sudah terbiasa
dengan cara lama akan memilika keengganan untuk berubah. Hal ini antara lain
terjadi karena tujuan baru yang ingin dikejar perusahaa masih terlalu samar,
sehingga mereka khawatir perubahan tersebut hanya akan menimbulkan berbagai
dampak yang merugikan bagi kepentingan karyawan.
Pada berbagai situasi
seperti itulah perusahaan membutuhkan pemimpin yang akan menjalankan fungsi
kepemimpinan. Kepemimpinan (Leadership) adalah suatu proses yang
dilakukan manajer perusahaan untuk mengarahkan dan memengaruhi para bawahannya
dalam kegiatan yang berhubungan dengan tugas, agar para bawahaannya tersebut
mau mengerahkan seluruh kemampuan-baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
suatu tim, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai Pengertian dari
kepemimpinan, pendekatan studi kepemimpinan, pendekatan perilaku kepemimpinan
serta teori-teori kepemimpinan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan, Rumusan masalah dalam makalah ini adalah.
1. Bagaimanakah
konsep mengenai pengertian Kepemimpinan?
2. Bagaiman
seorang pemimpin mampu memengaruhi pihak lain?
3. Bagaimana
Pendekatan-pendekatan studi Kepemimpinan?
C. Tujuan
Berdasarkan
Rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan makalah ini adalah.
1. Memaparkan
konsep mengenai pengertian kepemimpinan.
2. Mendeskripsikan
bagaimana seseorang dapat mempengaruhi pihak lain.
3. Memaprkan
Pendekatan-pendekatan studi Kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan pada Bab I, pembahasan masalah akan menyajikan
tentang (1) Konsep Pengertian
Kepemimpinan (2) Mendiskripsikan bagaimana seseorang pemimpinan dapat
mempengaruhi pihak lain (3) Pendekatan-pendekatan studi Kepemimpinan.
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan (Leadership) adalah suatu proses yang
dilakukan manajer perusahaan untuk mengarahkan dan memengaruhi para bawahannya
dalam kegiatan yang berhubungan dengan tugas, agar para bawahaannya tersebut
mau mengerahkan seluruh kemampuan-baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
suatu tim, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Kepemimpinan menurut Hemhill dan coons adalah perilaku dari
seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu
tujuan yang ingin dicapai bersama.
Menurut Stoner, Kepemimpinan manajerial yaitu
sikap sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan
dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Ada tiga implikasi
penting dari definisi-definisi tersebut:
1.
Kepemimpinan memiliki sifat mengarahkan yaitu mengarahkan orang- orang
yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Hal ini dilakukan para pemimpin dengan
terlebih dahulu menetapkan tujuan yang jelas, yang berisi arahan terhadap usaha
para bawahan. Para pemimpin tidak hanya dapat memerintahkan bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga
dapat mempengaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer dapat mengarahkan
seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi dia dapat juga
mempengaruhi bawahan dalam menentukan cara bagaimana tugas itu dilaksanakan
dengan cepat.
2.
Kepemimpinan memiliki sifat memengaruhi ( influencing). Yakni dalam hal ini pemimpin harus mampu mengubah
perilaku bawahanan, kolega, maupun atasan mereka, baik dengan perkataan, sikap,
kepribadian, dan perbuatan agar pihak-pihak tersebut mau bekerja sama dalam
proses pencapaian tujuan organisasi.
3.
Pemimpin memiliki wewenang yaitu hak yang dimiliki pemimpin untuk memengaruhi orang
lain (bawahannya) dalam kegiatan yang berhubungan dengan tugas/ pekerjaan.
Wewenang ini berasal dari kekuasaan power yang dimiliki seorang pemimpin.
Dengan demikian, kekuasaan yang dimiliki pemimpin tidak sama/ sebanding dengan
kekuasaan yang dimiliki bawahannya. Dalam hal ini para pemimpin memiliki
kekuasaaan yang lebih bedar dari bawahannya.
B. Bagimana Seorang pemimpin dapat mempengaruhi orang
lain?
Salah satu hal terpenting
dari kepemimpinan adalah bagaimana seoran pemimpin dapat memngaruhi pihak-pihak
yang dapat membantu pencapaian tujuan organisasi. Pengaruh (influence) adalah
berbagai upaya-upaya yang dilakukan seseorang untuk engubah perilaku atasannya,
teman sejawat, maupun para bawahannya (Kreitner, 2007: 438). Untuk mengubah
perilaku bebrbagai pihak tersebut, seprang pemimpin menggunakan berbagai upaya,
antara lain: penggunaan kekuasaan (power), taktik mempengaruhi (influence
tactic), Mentoring, modifikasi perilaku (behavior modification), dan
komunikasi.
a)
Kekuasaan
(Power) kekuasaan adalah kemampuan (ability) yang dimiliki
seseorang untuk menguasai sumber daya manusia, informasi, dan material agar
suatu pekerjaan dapat dilaksanakan. Kekuasaan memiliki 3 dimensi, yakni
kemampuan untuk menolak permontaan pihak lain (power from) (Kreitner, 2007).
Rumusan kekuasaan diataas
menekankan bahwa kekuasaan merupakan suatu kemampuan. Hal ini berbeda dengan
wewenang (authority) dimana wewenang merupakan hak (right) untuk mengarahkan
bawahan karena secara resmi pemegang wewenang diangkat oleh otoritas yang lebih
tinggi untuk memiliki hal tersebut
Karena kekuasaaan
merupakan sesuatu kemampuan sedangkan otoritas merupakan sesuatu hak, maka bisa
terjadi tiga kemungkinan situasi dalam kaitannya dengan kepemimpinan:
1. Situasi
di mana seseorang memiliki wewenang tetaapi tidak memiliki kekuaasan. Hal ini
bisa terjadi karena oraang tersebut tidaak memiliki kemampuan untuk menggunakan
wewenang yang dimilikinya seehingga wewenang yang dimilikinya sehingga wewenang
yang dimilikinya tidak bisa memengaruhi pihak lain. Sebagai contoh, DPR di masa
orde baru adalah lembaga yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan check and
balance tetapi tidak memiliki kekuasaan, karena itu presiden selaku lembaga
eksekutif memiliki kekuasaan yang jauh kebih besar dibanding DPR. Efektivitas
seorang pemimpin dalaam menjalankan fungsi kepemimpinannya juga sangat dibatasi
oleh konteks, yaitu berbagao situasi yaang dihadapi pemimpin pada saat
menjalankan fungsi kepemimpinan.
2. Situasi
dimana seseorang memiliki kewenangan sekaligus kekuasaan, karena orang tersebut
memiliki kemampuan untuk menggunakan wewenangnya. Contohnya : Presiden Soeharto
adalah pemimpin yang memiliki kewenangan dan juga memiliki kemampuan untuk
menggunakan wewenang tersebut sehingga dia memiliki pengaruh dan dapat
mempertahankan kekuasaannya selama 32 tahun
3. Situasi
dimana seseorang memiliki kekuasaan tetapi tidak memiliki kewenangan. Hal ini
terjadi karena orang tersebut dapat memanfaatkan wewenang yang dimiliki orang
lain untuk kepentingannya. Sebagai contoh, seorang istri pejabat meskipun tidak
memiliki wewenag formal, biasanya memiliki kekuasan terhadap para bawahan
suaminya
Darimana seorang pemimpin
memperoleh kekuasaan? French dan Raven (Cartwright dan Zander, 1960)
menyebutkan adanya lima sumber kekuasaan yang bisa diperoleh seseorang dalam
hubungannya dengan pihak lain. Kelima sumber kekuasaan terseut adalah: legitimate power,expert power,reward power,
coercive power, dan referent power.
1. Legitimate power, yakni
pemimpin memiliki kekuasaan karena dia diberi kewenangan oleh otoritas/pemegang
kekuasaan yang lebih tinggi.
2. Expert Power, yaitu
kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena keahlian yang menonjol dalam
bidang keahlianya shingga dia diakui otoritas keahliannya oleh orang lain
3. Reward Power, yaitu
kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karenaa pemimpin tersebut dapat
memberikan imbalan atas kinerja yang ditunjukkan seseorang
4. Coercive power, yaitu
kekuasaan yang dimiliki seorng pemimpin karena dia memiliki kemampuan untuk
memaksa orang agar patuh terhadap perintahnya
5. Referent power, yaitu kekusaan yang dimiliki seorang pemimpin
karena wibawa yang dia miliki. Sedangkan kewibawaan seorang pemimpin diperoleh
dari keselarasan antara kemampuan (kemampuan retorika) dan perbuaatan seorang
pemimpin.
b)
Taktik
Memengaruhi (influence
tactics) ketika peneliti Gary Yukl dan Ceicilia menanyakan
kepada para responden, “apa yang akan anda lakukan sehingga atasan, rekan
kerja, dan bawahan anda mau melakukan apa yang anda inginkan?” jawaban yang
muncul atas pertanyaan tersebut menghasilkan delapan taktik memengaruhi,
sebagai berikut:
1. Konsultasi
(consultation) Melalui konsultasi, pihak yang ingin memperoleh
pengaruh atas orang lain berusaha melibatkan pihak yang ingin dipengaruhi
melalui pengambilan keputusan bersama.
2. Persuasi
Rasional (Rasional Persuasion)
merupakan upaya yang dilakukan pihak yang mencari pengaruh dengan cara
meyakinkan pihak lain yang ingin dipengaruhi melalui pemaparan fakta-fakta
secara rasional.
3. daya
tarik inspirasi (inspirational appeal). Pihak
yang mencari pengaruh berusaha memengaruhi pihak yang ingin dipengaruhi melalui
penanaman daya tarik, baik secara emosi, nilai, atau berbagai ide untuk
menghasilkan antusiasme dan rasa percaya diri pada pihak yang dipegaruhi.
4. Taktik
menjilat (ingratiating tactics),
manusia pada dasarnya ingin dihargai. Pihak yang mencari pengaruh dapat
memanfaatkan kebutuhan manusia akan penghargaan ini dengan menjadikan pihak
lain yang ingin dipengaruhi merasa
dibutuhkan atau diperhatikan. Selain itu pihak yang mencari pengaruh dengan
cara menjilat sering kali menyajikan berbagai fakta yang ingin didengar oleh
atasan dan bukan fakta yang perlu diketahui sesungguhnya oleh atasan. Hal ini
menjadikan orang yang menjilat terlihat kompeten di dalam menjalankan tugasnya
dan bisa memperoleh dukungan dari atasan.
5. Taktik
koalisi (coalition tactics). Koalisi
merupakan taktik mencari pengaruh dengan cara merangkul pihak lain agar berada
di pihak yang mencari pengaruh dan bersama-sama mengupayakan agar pihak yang
akan dipengaruhi bisa menyetujui keinginan mereka
6. Taktik
menekan (pressure tactics). Untuk
dapat memperoleh kepatuhan dari pihak lain, para pencari pengaruh menggunakan
berbagai cara intimidasi maupun ancaman. Teknik ini lebih banyak digunakan oleh
manajer yang memiiki gaya kepemimpinan otoriter
7. Memperoleh
dukungan atasan (upward appeals).
Dalam hal ini orang yang ingin memengaruhi, berusaha mencari dukungan dari
manajemen yang lebih atas, agar mereka bisa memengaruhi pihak lain
8. Taktik
pertukaran (exchange tactics).
Seseorang berusaha memengaruhi orang lain dengan meminta balasan atas kebaikn
ang pernah ia lakukan di masa lalu.
c)
Mentoring.
Salah satu faktor yang menyebabkan mengapa seorang pemimpin lebih baik
dibanding pemimpin yang adalah kesediaan pemimpin tersebut untuk menjadi mentor
Mentor adalah seorang
individu yang secara sistematis mengembangkan kemampan orang lain melalui
pelatihan dan pembimbingan yang intensif. Seorang mentor bersedia
“mempertaruhkan kehidupannya” untuk mengembangkan par juniornya dan membangun
hubungan emosional yang erat dengan para juiornya. Dalam kaitannya dengan
hubungan antara manajer senior dengan manajer junior dalam proses mentoring,
manajer senior sebagai mentor dapat menjalankan dua fungsi yang sangat penting
yakni :
1. Fungsi
untuk meningkatkan karier manajer junior (career enhancment function). Sebagai
contoh, mentor dapat mensponsori manajer junior yang berada di bawah asuhanya
agar dikenal kinerjanya (meningkatkan visibility) oleh para manajer senior
untuk meningkatkan peluangnya memperoleh promosi jabatan.
2. Fungsi
untuk memberikan dukungan secara psikologis dan sosial (psychological adn social
support function ). Sebagai contoh, mentor dapat dijadikan model dalam
menjalankan peran manajerial sehingga para junior dapat mempelajari kelebihan
dan kekurangannya secara langsung. Selain itu para mentor juga dapat memberikan
dukungan psikologis bagi para juniornya melalui perusahaan yang mereka berikan.
d)
Modifikasi
perilaku (behavior modification) menurut skinner (kreitner,
2007), perilaku seseorang dapat dikendalikan karena perilaku tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan dimana seseorang berada. Skinner termasuk penganut
aliran behaviorism yang dipelopori oleh thorndike dan watson, dimana aliran ini
berpendapat bahwa perilaku yang dapat diamati lebih penting dibanding keadaan
kejiwaan seseorang yang bersifat hipotesis (hypothetical inner state) seperti
kebutuhan, motif, dan ekspektasi.
Modifikasi perilaku
merupakan penerapan teknik operant-conditioning yang diperkenalkan oleh skimer
dalam mmecahkan berbagai masalah perilaku sehari hari. Modifikasi perilaku mencakup didalamnya pengelolaan sistematis terhadap
berbagai faktor yang ada di lingkungan sehingga seseorang yang berada di
dalamnya lebih sering melakukan pekerjaan yang benar dibanding yang salah.
Modifikasi perilaku dapat dicapai melalui pengelolaan berbagai anteseden
perilaku dan konsekuensi perilaku
Anteseden merupakan
berbagai keadaan di dalam lingkungan seseorang yang akan menggiring orang
tersebut untuk berperilaku dengan cara tertentu. Menurut kreitner (2007) agar
modifikasi perilaku dapat berjalan dengan efektif, manajer harus mengelola
anteseden dengan cara: pertama, menyingkirkan berbagai hambatan (barriers) yang
akan menghalangi seseorang mencapat penyelesaian pekerjaan dengan baik. Sebagai
contoh, manajer harus menghindarkan kebingungan dari para bawahan ang mmperoleh
perintah dari beberapa manajer sekaligus. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki
jalur komando, shingga bawahan bisa bekerja dengan baik kedua, memberikan
bantuan yang dapat meningkatkan peluang bagi karyawan untuk engerjakan
pekerjaan dengan baik. Sebagai contoh manajer menetapkan tujuan yang realistis
(tujuan tersebut menantang tapi memungkinkan untuk dicapai). Para karyawan
memiliki peluang lebih besar untuk mencapai tujuan yang realistis dibandingkan
tujuan yang tidak realistis.
Selain
mengelola anteseden perilaku, para manajer yang menerapkan modifikasi perilaku
juga harus mengelola konsekuensi perilaku, yakni apa yang harus dilkukan oleh
manajer setelah seorang bawahan menunjukkan perilaku tertentu. Dalam hal ini,
setelah seseorang menunjukkan kinerja terntentu maka kepadanya dapat diberikan
alternatif konsekuensi yang terdiri dari 4 kategor konsekuensi, yakni :
1. Peneguhan
positif (positive reinforcement), merupakan suatu peneguhan yang mendorong
seseoang tetap melakukan perilaku tertentu dengan segera memberikan konsekuensi
dan perilaku yang telah diunjukkan melalui cara yang menyenangkan orang
tersebut. Sebagai contoh, pada saat seorang tenaga penjualan dapat melampaui
target penualan maka perusahaan memberikan bonus. Pemberian bonus merupakan
bentuk peneguhan positif, agar tenaga penjualan tersebut senantiasa
mempertahankan prestasinya.
2. Peneguhan
negative (negative reinforcement), merupakan suatu peneguhan yang mendorong
seseorang melakukan perilaku tertentu dengan menghentikan sesegera mungkin
konsekuensi perilaku yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh, seorang karyawan
akan belajar untuk melakukan suatu pekerjaan dengan benar dengan tujuan
menghindari teguran yang terus menerus dari atasannya saat dia melakukan
kesalahan.
3. Taktik
pemadaman (extinction tacties), merupakan suatu tindakan untuk tidak memberi
pujian atau perhatian terhadap seseorang dengan tujuan agar orang tersebut
dapat mengubah perilakunya. Sebagai contoh, seorang manajer penjualan
mengabaikan berbagai pertanyaan yang diajukan oleh seorang supervisor penjualan
setelah mengetahui bahwa supervisor tersebut memiliki kinerja yang buruk.
Pengabaian oleh sang manajer bertujuan agar supervisor tersebut lebih bisa
bekerja dengan baik daripada hanya pandai bertanya.
4. Pemberian
hukuman (punishment), merupakan suatu tindakan untuk memberikan suatu perlakuan
yang tidak menyenangkan kepada seseorang setelah ia melakukan perilaku yang
tidak diinginkan. Sebagi contoh, manajer toko dapat melakukan pemecatan
terhadap karyawan toko yang melakukan pencurian untuk menghindari terulangnya
kembali kejadian seperti itu dimasa mendatang.
e)
Komunikasi
(communication). Berdasarkan
tujuannya, komunikasi dapat dibagi ke dalam tiga kategori yakni komunikasi
informatif, komunikasi rekreatif, dan komunikasi persuasif, pada saat melakukan
komunikasi informatif, komunikator (orang yang mengirim pesan) berkeinginan agar
para pendengarnya memperoleh pemahaman atas informasi yang disampaikan.
Komunikasi informatif dilakukan misalnya pada saat dosen memberikan kuliah
kepada para mahasiswa. Komunikasi rekreatif merupakan bentuk komunikasi yang
dilakukan oleh komunikator dengan tujuan agar para pendengar merasa terhibur
dengan komunikasi yang dilakukannya. Sebagai contoh, seorang direktur utama
sebuah perusahaan dapat menyampaikan pidato yang mengandung giuonan (hoke) pada
saat mengadakan jauan makan malam untuk menghormati karyawan berprestasi.
Meskipun
dua jenis komunikasi yang telah disebutkan di atas memiliki peran dalam
pngubahan perilaku, tetapi jenis komunikasi persuasiflah yang paling banyak
digunakan seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi persuasif
merupakan komunikasi yang bertujuan untuk membujuk seseorang agar melakukan
atau tidak melakukan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan kounikator. Sebagai
contoh, komunikasi yang dilakukan oleh kennedy kepada para pemilih kulit hitam
di indianapolis, merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif yang
bertujuan mencegah terjadinya konflik horizontal yang lebih luas antara kulit
putih menyusul terbunuhnya martin luther king, jr.
C. Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan
dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan
situasional (“contingency”) dalam studi tentang kepemimpinan.
1. Pendekatan sifat-sifat kepemimpinan
Para
teoritisi, kesifatan adalah kelompok pertama yang bermaksud menjelaksan tentang
aspek kepemimpinan. Mereka percaya bahwa para pemimpin memiliki ciri-ciri atau
sifat-sifat tertentu yang menyebabkan mereka dapat memimpin para pengikutnya.
Daftar sifat-sifat ini dapat menjadi sangat panjang, tetapi cenderung mencakup
energi, pandangan, pengetahuan, dan kecerdasan, imajinasi, kepercayaan diri,
integritas, kepandaian berbicara, pengendalian dan keseimbangan mental maupun
emosional, pergaulan sosial dan persahabatan, dorongan, berani dan sebagainya.
Sebagian
besar penelitian-penelitian awal
tentang kepemimpinan bermaksud :
d
Membandingkan sifat-sifat orang yang menjadi pemimpin
dengan sifat-sifat yang menjadi pengikut (tidak menjadi pemimpin).
d
Mengidentifikasikan ciri-ciri dan sifat-sifat yang
dimiliki oleh para pemimpin efektif.
Penemuan-penemuan lanjutan
Sifat-sifat tertentu yang tampak penting untuk
kepemimpinan efektif menurut Edwin Ghiselli, yaitu :
v
Sebagai pengawas (supervisor abiity).
v
Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan.
v
Kecerdasan.
v
Ketegasan (decisiveness).
v
Kepercayaan diri.
v
Inisiatif.
Ada banyak keterbatasan
dalam pendekatan yang melihat sifat-sifat kepemimpinan. Walaupun semua sifat
yang dikemukakan para peneliti dapat menjadi yang diinginkan ada dalam diri
pemimpin, tetapi tidak satu pun sifat yang secara absolut esensial.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan
hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di
dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal,
seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini
membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian
yang diyakini kebenarannya.
o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang
kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya
2. Pendekatan Perilaku Kepemimpinan
Pendekatan
perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau
kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan
oleh pemimpin. Sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam kegiatan
sehari-hari, dalam hal bagaimana cara pemimpin itu memberi perintah, membagi
tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja
bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin kerja
bawahan, cara menyelenggarakan dan memimpin rapat anggota, cara mengambil
keputusan dan sebagainya.
Pendekatan
perilaku memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu
fungsi-fungsi dan gaya-gaya kepemimpinan. Teori-teori dan penelitian-penelitian
yang paling terkenal adalah :
ü Teori X dan
teori Y dari Douglas McGregor.
ü Studi
Michigan oleh ahli psikologi sosial Rensis Likert.
ü Kisi-kisi
manajerial dari Blake dan Mouton.
ü Studi Ohio
State
Fungsi-fungsi
kepemimpinan
1)
Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task
related) atau pemecahan masalah menyangkut pemberian saran penyelesaian,
informasi dan pendapat.
2)
Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group
maintenance) atau sosial mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok
berjalan lebih lancar persetujuan dengan kelompok lain, penegahan perbedaan
pendapat, dan sebagainya.
Gaya-gaya
kepemimpinan
1)
Gaya dengan orientasi tugas (task oriented), manajer
mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas
dilaksanakan sesuai yang diinginkannya.
2)
Gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented),
manajer mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka.
Teori X dan
teori Y dari McGregor
Strategi
kepemimpinan efektif yang mempergunakan manajemen partisipatif dikemukakan oleh
Douglas McGregor, sebagai pengalamannya menjadi konsultan McGregor menyimpulkan
dua kumpulan anggapan teori X dan teori Y
Anggapan-anggapan teori X
a.
Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai
pekerjaan dan akan menghindarinya bila mungkin.
b.
Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus
dipaksa, diawasi, diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar mereka
menjalankan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
c.
Rata-rata manusia lebih menyukai
diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab, mempunyai ambisi relatif kecil,
dan menginginkan keamanan/ jaminan hidup di atas segalanya.
Anggapan-anggapan teori Y
a.
Penggunaannya usaha phisik dan mental dalam bekerja
adalah kodrat manusia, seperti bermain atau istirahat.
b.
Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah
satu-satunya cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi.
c.
Keterkaitan pada tujuan merupakan fungsi dari
penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka.
d.
Rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belajar
tidak hanya untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab.
e.
Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi,
kecerdikan dan kreativitas dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi yang
secara luas tersebar pada seluruh karyawan.
f.
Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan
sebagian saja dalam kondisi kehidupan industri modern.
Sistem
manajemen dari Likert
Likert menyusun suatu model empat
tingkatan efektivitas manajemen :
Sistem 1, manajer
membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para
bawahan untuk melaksanakannya.
Sistem 2, manajer
tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk
memberikan komentar-komentar terhadap perintah-perintah tersebut.
Sistem 3, manajer
menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu
didiskusikan terlebih dahulu dengan bawahan.
Sistem 4, sistem yang
paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya
berjalan.
Kisi-kisi
manajerial dari Blake dan Mouton
1.1 Manajemen jatuh miskin, pencurahan usaha minimum untuk melaksanakan
pekerjaan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan untuk memotong keanggotaan
organisasi.
1.9 Manajemen santai, perhatiannya sepenuhnya pada kebutuhan-kebutuhan
karyawan bagi pemuasan hubungan-hubungan yang mengarahkan kesuatu suasana
persahabatan dan kecepatan kerja yang menyenangkan dalam organisasi.
5.5 Manajemen manusia organisasi, prestasi organisasi yang memadai
dapat dicapai melalui penyeimbangan keperluan pelaksanaan kerja dengan
pemelihara semangat kerja karyawan pada tingkat yang memuaskan.
9.1 Wewenang ketaatan, efisiensi operasi dihasilkan dari penciptaan
kondisi kerja dengan suatu cara di mana unsur manusia dilibatkan pada derajat
minimum.
9.9 Manajemen team, penyelesaian pekerjaan adalah dari dedikasi
karyawan, saling bergantung melalui suatu “pancangan umum” dalam tujuan
organisasi yang mengarahkan untuk hubungan-hubungan yang saling mempercayai dan
menghormati.
Studi
Ohio-State
Penelitian Ohio
menemukan empat gaya kepemimpinan,yaitu : 1)Struktur Rendah Perhatian
Tinggi.Pemimpin mendorong hubungan kerjasama harmonis dan kepuasan dengan
kebutuhan sosial anggota kelompok. 2)Struktut Tinggi Perhatian Rendah.Pemimpin
memusatkan perhatian hanya kepada tugas perhatian pada pekerja tidak
penting.3)Struktur rendah perhatian rendah.Pemimpin menarik diri dan menempati
peranan pasif. Pemimpin
membiarkan keadaan sejadinya.4)Struktur Tinggi Perhatian Tinggi Pemimpin
mendorong mencapai keseimbangan pelaksanaan tugas dan pemeliharaan hubungan
kelompok yang bersahabat.
3. Pendekatan Situasional-“Contingency”
Pendekatan
kesifatan dan perilaku belum sepenunya dapat menjelaskan kepemimpinan.
Disamping itu sebagaian besar penelitian masa kini menyimpulkan bahwa tidak ada
satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dibawah seluruh
kondisi. Pendekatan situasional menggambarkan bahwa gaya yang digunakan adalah
bergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan, tugas, organisasi, dan
variabel-variabel lingkungan lainnya. Teori-teori situasional yang terkenal
adalah;
1.
Teori “contingency” dari Fielder
2.
Teori siklus-kehidupan dari Hersey dan Blachard
3.
Model rangkaian
kesatuan kepemimpinan dari Tannenbaum & Schmidt
Teori
“contingency” dari Fielder
Fiedler
berpendapat bahwa pemimpin akaan berhasil menjalankan kepemimpinannya, jika
menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda di suatu situasi yang berbeda. Artinya gaya kepemimpinan yang
digunakan tergantung pada situasi.
Ada tiga sifat
situasi yang dapat mempengaruhi efektivitas kepemimpinan, yaitu hubungan
pimpinan dengan bawahan yang menguntungkan situasi, derajat susunan tugas yang
menguntungkan situasi, dan kekuasaan formal yang menguntungkan situasi.
Hubungan
pimpinan dengan bawahan yang menguntungkan situasi ditandai dengan hubungan
yang harmonis atara atasan dengan bawahan, pemimpin diterima oleh bawahannya.
Derajat susunan tugas yang menguntungkan situasi ditandai dengan pembagian
tugas yang didasarkan pada profesionalisme, pemimpin yang mampu memimpin, dan
kekuasaan formal yang menguntungkan situasi, ditandai oleh kekuasaan yang
legal. Dan semua tugas bawahan serta kepemimpinannya dapat dipertanggungjawabkan.
Hubungan antara
pemimpin dengan bawahan dibedakan menjadi hubungan baik buruk, derajat (struktur)
tugas dibedakan tersusun-tidak tersusun, tidak, dan kekuasaan formal dibedakan
atas kuat dan lemah. Jika ketiga sifat ini dihubungkan maka terbentuk empat macam
kombinasi situasi menguntungkan dan empat macam situasi yang tidak
menguntungkan.
Teori siklus-kehidupan dari Hersey dan Blachard
Kepemimpinan
situasional menurut Hersey & Blanchard (2000), didasarkan
saling pengaruh antara perilaku kepemimpinan yang ia terapkan, sejumlah
pendukungan emosional yang ia berikan, dan tingkat kematangan bawahannya.
Model Rangkaian Kesatuan Kepemimpinan Tannenbaum
& Schmidt
Tannenbaum
& Schmidt, berpendapat bahwa ada tiga
factor yang dipertimbangkan pemimpin dalam memilih gaya kepemimpinannya, yaitu
kekuatan dirinya sendiri sebagai pemimpin, kekuatan bawahannya, dan kekuatan
situasinya.
Model kontinum
Tannenbaum & Schmidt, merupakan garis yang diawali dengan titik yang
menunjukkan perilaku terpusat pada pimpinan yang diakhiri dengan titik yang
menunjukkan perilaku yang terpusat pada bawahan dengan berbagai variasi di
antara kedua titik tersebut.
Pentingnya
Fleksibilitas
Ini membantu untuk menanggapi
terhadap orang-orang atau situasi-situasi secara tepat dan membuat penyesuaian
bila terjadi penyimpangan dari antisipasi. Penting juga dilakukan percobaan
dengan berbagai pendekatan yang berbeda dan mempelajarinya melalui analisa
terhadap hasil-hasil.
BAB III
STUDI KASUS
Gaya kepemimpinan Chairul Tanjung
Chairul
Tanjung (CT) adalah satu dari sedikit generasi muda Indonesia yang meraih
kesuksesan dalam waktu yang relative singkat dan dengan visi dari CT yang
jelas, CT dengan CT Corp nya masih akan terus menuai keberhasilan di masa yang
akan datang. Terlahir dari orang biasa tidak lantas membuat CT memiliki nasib yang
serupa dengan kedua orang tuanya.
Keinginan
yang besar untuk keluar dari kemiskinan telah membuatnya seperti saat ini.
Berbagai usaha telah dijalaninya sejak usia belia. Pada saat menempuh
pendidikan di UI dengan mengambil Jurusan Kedokteran Gigi, CT telah melakoni
usaha percetakan (fotocopy), penyedia peralatan praktek kedokteran dan bahkan
jual beli mobil.
CT terjun
pada usaha yang tidak berhubungan dengan latar belakang pendidikannya atau
bahkan mengikuti hobinya seperti kebanyakan pengusaha lain. Pada saat ini CT
Corp memiliki beragam lini usaha diantaranya adalah bidang media (Trans TV,
Trans7), financial (Bank Mega, para finance), retail (carrefeur, metro),
perkebunan (CT Agro) dan property. Sampai dengan pertengahan Tahun 2013
terdapat 75.000 pekerja yang tergabung di dalam CT Corp.
Selain
kejeliannya memanfaatkan peluang dan juga kegigihannya pengalaman CT yang aktif
dalam berorganisasi terbukti telah membentuk karakter CT sampai dengan saat
ini. Selain melakukan bisnis dengan baik, CT adalah salah satu pengusaha yang
memiliki jiwa nasionalis yang tinggi, banyak pemikiran-pemikiran yang
disumbangkan untuk kemajuan Bangsa Indonesia. CT adalah salah satu
penggagas/penyusun visi Indonesia Tahun 2030, bahkan sampai saat ini
CT tercatat sebagai ketua dari Komite Nasional Ekonomi Indonesia, sebuah
jabatan yang tentunya cukup menyita waktu dan perhatian, akan tetapi hal
tersebut adalah sebagai salah satu bukti senasionalis apakah CT. Perkembangan
bisnis yang sangat pesat ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari kepemimpinan
dari CT.
Pada buku
mengenai biografi dari CT ini terlihat bagaimana piawainya seorang CT dalam
memimpin keseluruhan lini bisnisnya. Berikut adalah beberapa sifat/karakter
dari kepemimpinan yang dijalankan oleh CT dalam menjalankan bisnisnya baik
dalam berorganisasi dan juga dalam kehidupan sehari-hari.
·
Ketekunan dan pekerja keras telah ditunjukan sejak
belia oleh CT, tentunya hal ini dapat menjadi contoh yang baik bagi seluruh
bawahan CT. Karena salah satu hakikat menjadi pemimpin adalah menjadi contoh
yang baik.
·
Dalam beberapa paparan jelas terlihat bahwa CT
memiliki sifat yang idealis dan sangat menjaga etika dalam berbisnis. CT tidak
menghalalkan segala cara untuk membesarkan usahanya. Bahkan disebutkan bahwa CT
tidak pernah sekalipun menyuap aparat negara dalam melancarkan bisnisnya.
·
CT selalu menekankan pentingnya inovasi dalam
melakukan bisnis. Salah satu yang mudah terlihat adalah acara-acara yang
mengisi stasiun TV yang dimiliki oleh CT Corp seringkali menampilkan
acara-acara yang sama sekali baru di Indonesia bahkan diluar negeri. Tentunya
pentingnya inovasi ini telah ditanamkan kepada seluruh karyawan yang dimulai
dari pucuk pimpinan setiap lini bisnis.
·
CT adalah seorang pemimpin yang visioner. Visi yang
ditetapkan sungguh jelas berikut dengan parameternya. Sebagai contoh CT
memiliki visi pada tahun 2030 indonesia harus menjadi kekuatan ekonomi 5 besar
dunia, memiliki pendapatan per kapita $ 18.000, Masuk kepadalam 10 besar tujuan
wisata dunia, Mandiri secara energy dan minimal 30 perusahaan asala Indonesia
dapat masuk kedalam fortune 500.
·
CT memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, atau
dengan kata lain CT dengan integritasnya dan profesionalismenya mendapat
kepercayaan yang tinggi dari berbagai kalangan. Hal ini terlihat bagaimana CT
dengan mudahnya orang-orang terbaik untuk mengisi posisi pimpinan di unit-unit
usahanya.
·
Kemampuan pendelegasian tugas pun dapat dijalankan
dengan baik oleh CT, hal ini dapat terlihat bahwa CT mempercayai apa yang
dilakukan oleh bawahannya terutama para pimpinan di unit bisnisnya. CT lebih
memfokuskan pada membangun visi, nilai-nilai dan juga tata kelola perusahaan
yang baik.
Dengan
beberapa ciri kepemimpinan CT yang tegas, berani mengambil risiko, menyadari
pentingnya inovasi, kreatif, kemampuan pendelegasian tugas dan menjadi
inspirator bagi banyak orang dapat dikatakan bahwa CT memiliki tipe
kepemimpinan entrepreneur/entrepreneurial leadership.
Di era
perubahan yang cepat, CT telah menjalankan kepemimpinan yang berlandaskan
entrepreneurship. Tipe kepemimpinan ini sungguh bertolak belakang dengan
birokrasi dan proses yang bertele-tele. Kecepatan, kreativitas, profesionalisme
dan inovasi adalah inti dari dari tipe kepemimpinan yang dimiliki oleh CT.
Pada kajian
ini dapat terlihat betapa vitalnya peran seorang pemimpin dengan tipe
kepemimpinan yang tidak sama satu dengan yang lainnyayang menjadi nahkoda dalam
suatu organisasi/perusahaan. Pemimpin lah yang akan menentukan arah dari
organisasi, apakan akan dibawa kepada keberhasilan atau malah sebaliknya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada Bab II
telah dipaparkan secara rinci penjelasan tentang Kepemimpinan. Berdasarkan
pembahasan tersebut dapat dikemukakann simpulan sebagai berikut.
d
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang
individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang
ingin dicapai bersama.
d
Tiga implikasi penting dari definisi
ialah: Mengarahkan, memengaruhi, wewenang.
d
Upaya pemimpin untuk mempengaruhi orang
lain, antara lain: Kekuasaan, taktik mempengaruhi, mentoring, modifikasi
perilaku, dan komunikasi.
d
Pendekatan–pendekatan studi kepemimpinan
antara lain: Sifat-sifat, Perilaku, Situasional.
B. Saran
Sebagai
generasi penerus bangsa Sangat diperlukan jiwa kepemimpinan pada setiap
individu. Sehingga mampu menerapkan sikap dan jiwa kepemimpinan dalam berpikir
dan bertindak, serta mengambil suatu keputusan. Selain itu, pemimpin juga harus
memiliki komitmen yang kuat serta gigih dalam menuntaskan pekerjaannya karena
semakin kuat yang memimpin maka semakin kuat pula yang dipimpin beserta
organisasi atau kelompoknya.
Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Solihin, Ismail. 2009. Pengatar Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga
Widyatama, MM. 2014. Gaya Kepemimpinan Chairul tanjung, (Online), (https://ardianwidyatama.wordpress.com/2014/11/05/gaya-kepemimpinan-chairul-tanjung/), diakses 19 Oktober 2016.
No comments:
Post a Comment