BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan sektor
keuangan memiliki peran penting dalam upaya untuk membangun fundamental
perekonomian yang kokoh. Sektor keuangan dapat berperan terhadap pertumbungan
ekonomi melalui konsep finance-growth.
Menurutnya sebagai akibat adanyan friksi pasar yang berupa biaya transaksi dan
biaya informasi, timbul adanyan pasar keuangan dan intermidasi. Pertumbuhan
ekonomi suatu negara akan sangat ditentukan oleh perkembangan dalam sektor
keuangannya. Hal ini karena pembangunan dalam sektor keuangan melibatkan
rencana dan implementasi dari kebijakan untuk mengintensifkan tingkat
moneterisasi perekonomian melalui peningkatan akses terhadap institusi
keuangan, transparansi, dan efisiensi, serta mendorong rate of return yang rasional. Pembangunan sektor keuangan suatu
negara sering dihadapkan pada kondisi sektor keuangan yang mengalami pendalaman
(financial deepening) dan sektor
keuangan yang mengalami pendangkalan (shallow
finance).
Awal Juli 1997,
Indonesia mengalami suatu goncangan ekonomi yang mengakibatkan laju pertumbuhan
ekonomi menurun drastis, yaitu krisis moneter yang melanda ternyata sempat
menghancurkan perekonomian Indonesia. Kondisi ini memicu pemerintah untuk
mengambil langkah cepat demi menyelamatkan perekonomian negara. Pemerintah
dituntut melakukan berbagai reformasi, khususnya di bidang ekonomi yang
memungkinkan terjadinya perubahan kerangka hukum dan kelembagaan untuk
menjalankan kebijakan moneter dan untuk mengamankan sistem keuangan Indonesia .
Adanya reformasi yang dilakukan di sektor keuangan dan perbankan telah
menumbuhkan dan berkembangnya inovasi produk-produk keuangan baru.
Perkembangan
Financial deepening yang diukur dari
jumlah uang beredar dalam artian luas dengan produk domestik bruto (PDB).
Semakin tinggi rasio mempunyai arti bahwa penggunaan uang dalam perekonomian
suatu negara semakin dalam. Perkembangan financial
deepening di Indonesia meningkat setiap tahunnya, terbukti dari nilai
jumlah uang beredar dan PDB meningkat secara signifikan, sehingga dengan
meningkatnya akan meningkatkan rasio financial
deepening. Hal ini mengindikasikan efisiensi dari kebijakan ekonomi yang
ada di Indonesia. Semakin tinggi pendalaman keuangan semakin besar penggunaan
uang dalam perekonomian dan semakin besar serta semakin meluas kegiatan lembaga
keuangan maupun pasar uang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Apa saja indikator-indikator pengukur financial deepening?
2. Apa
saja faktor-faktor
yang mempengaruhi financial deepening?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui indikator-indikator
yang mengukur financial deepening
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi financial deepening
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Indikator-Indikator yang Mengukur Financial
Deepening
Mukhlis (108:2015) menjelaskan bahwa “Pendalaman keuangan (financial deepening) adalah ukuran rasio antara jumlah kekayaan yang dinyatakan
dengan uang (financial asset) dengan
pendapatan nasional”. Semakin tinggi rasio yang diperoleh
menunjukkan semakin dalamnya sektor keuangan negara. Semakin besar pendalam
keuangan akan semakin besar pula kemmapuan sektor keuangan dalam menyediakan
likuiditas keuangan yang dibutuhkan masyarakat.
Ruslan (184:2011)
menjelaskan sebagai berikut.
Guna meningkatkan peran sektor keuangan agar mencapai
kondisi financial deepening,
dibutuhkan berbagai upaya strategis. Upaya tersebut meliputi suatu rencana dan
implementasi dari kebijakan untuk mengintensifkan tingkat moneterisasi
perekonomian melalui peningkatan dalam akses terhadap institusi finansial,
transparansi dan efisiensi, serta mendorong peningkatan rate of return yang rasional.
Tujuan pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam proses
pembangunannya dihadapkan pada permasalahan dalam keterbatasan modal untuk
membiayai investasi pembangunan. Berbagai upaya telah dilakukan guna meningkatkan
peran sektor keuangan dalam pembiayaan pembangunan secara mandiri dan tidak
tergantung dari bantuan luar negeri. Pendalaman sektor
keuangan (financial deepening)
merupakan sebuah termin yang digunakan untuk menunjukkan terjadinya peningkatan
peranan, kegiatan dan jasa-jasa keuangan terhadap ekonomi.
Goyal dkk dalam Mukhlis (108:2011)
menjelaskan sebagai berikut.
Pendalaman pada
sektor keuangan mengandung arti adanya kenaikan volume transaksi keuangan dalam
perekonomian. Hal ini dapat mendorong kenaikan kapasitas dari intermediasi
aliran modal tanpa pergerakan yang besar dalam harga aset dan nilai tukar mata
uang. Selain itu, pasar keuangan yang semakin dalam dapat memberikan
sumber-sumber alternatif
pembiayaan dalam kondisi lingkungan intrenasional yang mengalami krisis dan
membatasi terjadinya adverse spillovers.
Pendalaman keuangan memiliki arti antara
lain:
1. Sektor
kegiatan ekonomi dan pelaku ekonomi mampu untuk memanfaatkan pasar uang untuk
kegiatan menabung dan meminjam (keputusan investasi), termasuk di dalamnya terdapat
jatuh tempo jangka panjang (long
maturity)
2. Intermediasi
keuangan dan pasar mampu untuk menambah volume yang lebih besar seiring dengan
adanya pergerakan harga aset;
3. Sektor
keuangan dapat menciptakan pilihan yang luas terhadap berbagai aset untuk tujuan
berbagai resiko {risk sharing (hedging of
diversification)}.
Terdapat
beberapa pandangan mengenai indikator-indikator pengukuran untuk mengetahui
perkembangan sektor keuangan di suatu negara, di antaranya terdapat lima
indikator untuk mengetahui perkembangan sektor keuangan suatu negara, yaitu
sebagai berikut:
a. Ukuran
Kuantitatif (Quantity Measures)
Indikator
kuatitatif bersifat moneter dan kredit, seperti rasio uang dalam arti sempit
terhadap PDB, rsio uang dalam arti luas terhadap PDB, dan rasio kredit sektor
swasta terhadap PDB. Indikator kuantitatif ini untuk mengukur pembangunan dan
kedalaman sektor keuangan.
b. Ukuran
Struktural (Structural Measures)
Indikator
struktural menganalisis struktur sistem keuangan dan menentukan pentingnya
elemen-elemen yang berbeda-beda pada sistem keuangan. Rasio-rasio yang
digunakan sebagai indikator adalah rasio uang dalam arti luas terhadap PDB dan
rasio pengeluaran pasar sekuritas terhadap uang dalam arti luas.
c. Harga
Sektor Keuangan (Financial Prices)
Indikator ini
dilihat
dari tingkat bunga kredit dan pinjaman sektor riil.
d. Skala
Produk (Product Range)
Indikator
ini diliat dari berbagai jenis instrumen keuangan yang terdapat di pasar
keuangan, seperti produk keuangan dan bisnis (commercial paper, corporate bond, listed equity), produk investasi,
produk pengelolaan resiko, dan nilai tukar luar negeri
e. Biaya
Transaksi (Transaction Cost)
Indikator
ini diliat dari spead suku bunga.
Berkaitan dengan indikator kuantitatif untuk melihat perkembangan sektor
keuangan dalam pembangunan dengan menggunakan rasio antara aset keuangan dalam
negeri terhadap PDB. Perkembangan yang semakin besar dalam rasio menunjukkan
semakin dalam sektor keuangan negera. Sebaliknya, semakin kecil rasio tersebut
menunjukkan semakin dangkal sektor keuangan negara.
Indikator yang
digunakan untuk mengukur besaran pendalaman keuangan negara dapat menggunakan
besaran-besaran keuangan yang ada di sektor moneter dan keuangan. Besarnya
indikator pendalaman keuangan tersebut memberikan gamabaran semakin besarnya
likuiditas keuangan masyarakat dalam menjalankan kegiatan ekonominya setiap
saat.
2.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Deepening
Mukhlis (110:2015) menjelaskan bahwa “Faktor yang
mempengaruhi pendalaman keuangan yaitu nilai tukar mata uang, pendapatan
nasional, dan tingkat bunga”. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pendalaman keuangan (financial deepening)
sebagai berikut.
1. Nilai
Tukar Mata Uang
Nilai tukar mata uang
mencerminkan harga mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya. Besarnya
nilai tukar mata uang tersebut akan tercermin dari nilai kurs uang lainnya.
Naik turunnya nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh banyak faktor sesuai
dengan sistem yang dianutnya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor
ekonomi dan faktor bukan ekonomi. Besarnya nilai tukar mata uang dipengaruhi
oleh faktor-faktor ekonomi, antara lain inflasi, jumlah uang beredar, tingkat
bunga, dan pendapatan masyarakat.
Nilai kurs mata uang
dapat mempengaruhi kinerja perekonomian. Apabila mata uang suatu negara
mengalami apresiasi terhadap mata uang asing, maka hal tersebut mengindikasikan
adanya permintaan yang besar terhadap mata uang domestik dibandingankan dengan
mata uang asing. Apabila terjadi depresiasi mata uang domestik terhadap mata
uang asing, maka kondisi tersebut dapat mengakibatkan peningkatan masyarakat
terhadap mata uang asing dengan tujuan untuk menyimpan kekayaannya.
2. Pendapatan
Nasional
Pendapatan nasional
merupakan indikator utama dalam pengukuran kinerja perekonomian negara. Istilah
pendapatan nasiona dapat dilihat dalam prespektif ekonomi mikro dan makro.
Dalam prespektif ekonomi mikro, pendapatan nasional merupakan besarnya insentif
yang diterima oleh masyrakat atas jasa yang telah dikeluarkannya untuk
menghasilkan sebuah keluaran. Semakin
tinggi pendapatan yang diterima masyrakat dalam bekerjanya menunjukkan semkain
besarnya insentif yang diterima masyarakat atas pemakaian input tenaga kerjanya
dalam kegiatan menghasilkan keluaran.
Pada perspektif makro,
pendapatan dapat diartikan sebagai keseluruhan barang dan jasa (keluaran) yang
dihasilkan oleh perekonomian negara dalam periode waktu tertentu. Dalam konteks
ini, biasanya pendapatan diukur dari indikator produk domestik bruto (PDB).
Pendapatan yang tinggi menunjukkan bahwa keluaran yang dihasilkan dalam
kegiatan ekonomi mengalami kenaikan.
3. Tingkat
Bunga
Tingkat bunga merepretasikan
harga diri suatu uang. Menurut McKinnon dan Shaw (1973) dalam Mukhlis
menyatakan
bahwa “Besar
kecilnya tingkat bunga sangat terkait dengan adanyan kebijakan represi keuangan
(financial repression) yang terjadi
dalam perekonomian negara. Represi keuangan dapat ditandai oleh adanya
pembatasan dalam tingkat bunga (suku bunga riil rendah) dalam perekonomian.”
Kondisi ini menyebabkan rendahnya
minat masyarkat untuk menyimpan dananya di bank.
Demi mengatasi masalah
kondisi tersebut, McKinno dan Shaw merekomendasikan kebijakan liberalisasi
keuangan. Bentuk dari kebijakan liberalisasi keuangan ini melalui kebijakan
penentuan tingkat bunga yang diserahkan kepada mekanisme pasar. Tingkat bunga yang semakin meningkat mengandung arti
adaya peningkatan insentif yang diterima oleh masyarakat dari uang yang
disimpan di bank.
Grafik pandangan
McKinnon dan Shaw mengenai liberalisasi keuangan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Pendalaman keuangan (financial deepening) adalah ukuran
moneter yang menjelaskan besarnya tingkat monetisasi masyarakat dalam sektor
keuangan. Tingkat monetisasi ini dapat diukur dari berbagai rasio jumlah uang
beredar terhadap PDB negara. Semakin
besar rasio yang diperoleh menunjukkan semakin dalamnya sektor keuangan negara.
Semakin besar pendalam keuangan akan semakin besar pula kemmapuan sektor
keuangan dalam menyediakan likuiditas keuangan yang dibutuhkan masyarakat.
Terdapat beberapa
pandangan mengenai indikator-indikator pengukuran untuk mengetahui perkembangan
sektor keuangan di suatu negara, di antaranya pendapatan yang dikemukakkan oleh
Lynch (1996) yang menyatakan terdapat lima indikator untuk mengetahui
perkembangan sektor keuangan suatu negara, antara lain ukuran kuantitatif,
ukuran struktural, harga sektor keuangan, skala produk, dan biaya transaksi.
Selain itu ada faktor-faktor yang mempengaruhi pendalaman keuangan (financial deepening) antara lain nilai
mata uang, pendapatan nasional, dan tingkat bunga.
3.2
Saran
Financial
deepening merupakan salah satu faktor penting bagi penunjang perekonomian suatu
negara. Indonesia
sebagai negara berkembang, apabila ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi harus
melakukan pendalaman keuangan atau financial deepening. Pembuat kebijakan
seperti otoritas moneter dan otoritas jasa keuangan harus memantau setiap
indikator yang digunakan untuk mengukur kedalaman keuangan. Khususnya indikator
nilai kredit yang diberikan perbankan kepada masyarakat, apabila kredit
konsumsi yang diberikan berlebihan akan mengganggu kesehatan perbankkan seperti
credit event yang selanjutnya akan
membahayakan makro ekonomi negara.
DAFTAR
RUJUKAN
Mukhlis,
Imam. 2015. Ekonomi Keuangan dan
Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.
Ruslan, Dede. 2011. Analisis Financial Deepening di Indonesia. (Online), 5
(1):(183-204), (http://download.portalgaruda.org/article.php), diakses pada 16 Maret 2017
No comments:
Post a Comment