BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan
retinteraksinya dengan bidang-bidang lainnya seperti Ekonomi dan Bisnis. Peran
matematika dalam interaksi ini terletak pada struktur ilmu dan peralatan yang
digunakan dalam berbagai bidang seperti indutri, asuransi, ekonomi, peralatan,
dan banyak bidang sosial maupun teknik.
Oleh karena itu pembuatan makalah yang berjudul “Deret dan Terapannya dalam
Ekonomi” ini dilatar belakangi untuk mempermudah proses belajar mengajar mata
kuliah Matematika Ekonomi dan Bisnis.Prinsip deret banyak diterapkan untuk
menelaah perilaku bisnis dan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Prinsip deret hitung banyak diterapkan dalam menganalisis perilaku
perkembangan. Sedangkan prinsip deret ukur, bersama-sama dengan konsep
logaritma, serta digunakan untuk menganalisis perilaku pertumbuhan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar belakang permasalahan yang dipaparkan di atas, Rumusan masalah dalam
makalah ini adalah.
1. Apa yang dimaksud dengan Deret ?
2. Bagaimana cara menghitung dan menentukan jumlah deret
hitung?
3. Bagaimana cara menghitung dan menentukan jumlah deret
ukur ?
4. Bagaimana Penerapan Deret dalam ekonomi dan bisnis ?
C.
Tujuan
Berdasarkan Rumusan
Masalah yang telah dipaparkan diatas, Tujuan penulisan dalam makalah ini
adalah.
1. Mendeskripsikan Pengertian Deret.
2. Memaparkan cara
menghitung dan menentukan jumlah deret hitung.
3. Memaparkan cara menghitung dan menentukan jumlah deret
ukur.
4. Memaparkan bagaimana Penerapan deret dalam ekonomi dan
bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan
Masalah yang telah dirumuskan pada Bab I, Pembahasan masalah akan menyajikan
tentang (1) Pengertian Deret (2) Cara menghitung dan Menentukan Deret Hitung
(3) Cara menghitung dan menentukan Deret Hitung (4) Penerapan Deret dalam
Ekonomi dan Bisnis.
A.
Pengertian Deret
Deret
adalah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan memenuhi
kaidah-kaidah tertentu. Bilangan-bilangan yang merupakan unsur dan pembentuk
sebuah deret dinamakan suku. Keteraturan
rangkaian bilangan yang membentuk sebuah deret terlihat pada “pola perubahan”
bilangan-bilangan tersebut dari satu suku ke suku berikutnya.
Dilihat
dari jumlahnya suku yang membentuk, deret digolongkan atau deret terhingga dan
takberhingga. Deret berhingga adalah deret yang jumlah suku-suku tertentu,
sedangkan deret berhingga adalah deret yang jumlah suku-sukunya tidak terbatas.
Sedangkan dilihat dari segi pola perubahan bilangan ada suku-sukunya, deret
bisa dibeda-bedakan menjadi deret hitung, deret ukur dan deret harmoni.
Dalam
Ilmu Ekonomi Deret Hitung dan Deret Ukur banyak digunakan dalam hal menghitung
pertumbuhan penduduk dan pangan, mengukur biaya produksi dan pendapatan, serta
menghitung bunga majemuk dalam dunia perbankan.
B.
Deret Hitung
Deret
hitung ialah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan penjumlahan terhadap
sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku dari deret hitung
ini dinamkan pembeda, yang tak lain merupakan selisih antara nilai-nilai dua
suku yang berturutan.
Contoh:
f
7, 12, 17, 22, 27, 32 (Pembeda
= 5)
f
93, 83, 73, 63, 53, 43 (Pembeda
= -10)
Dua hal yang penting untuk diketahui atau dihitung dalam setiap persoalan deret, baik deret hitung maupun deretukur, adalah besarnya nilai pada suatu suku tertentu dan jumlah nilai deret tersebut sampai dengan suku yang bersangkutan.
a.
Sukuke-n dari DH
Besarnya nilai suku tertentu (ke-n) dari sebuah deret hitung dapat dihitung melalui sebuahr umus. Untuk membentuk rumus yang dimaksud,
perhatikan Contoh
1) di atas. Dalam contoh tersebut, nilai suku pertamanya (a) adalah
7 dan pembedanya (b) adalah 5.
7, 12, 17, 22, 27, 32
S1 S2 S3 S4 S5 S6
|
S1 = 7 = a
S2
= 12 = a + b = a + (2-1)b
S3 = 17 = a + 2b = a + (3-1)b a
: suku pertama atau S1
S4
= 22 = a +3b = a + (4-1)b b : pembeda
S5
= 27 = a + 4b = a + (5-1)b n
: indeks suku
S6
= 32 = a + 5b = a + (6-1)b
Berdasarkan
rumus diatas, dengan mudah dan cepat kita dapat menghubungkan nilai-nilai suku
tertentu. Sebagai contoh, nilai suku ke-10 dan ke-23 dari deret hitung ini
masing-masing adalah;
S10
= a + (n-1)b = 7 + (10-1)5 = 7 +
45 = 52.
S23
= a + (n-1)b = 7 + (23-1)5 = 7
+110 = 117.
b. Jumlah n Suku
Jumlah sebuah deret hitung sampai dengan suku
tertentu tak lain adalah jumlah nilai suku-sukunya, sejak suku pertama ( S1, atau a ) sampai dengan suku ke-n ( Sn)
yang bersangkutan.
Berdasarkan rumus Sn = a + ( n - 1 ) b Sebelumnya, maka masing Si dapat diuraikan. Dengan
mengurangi setiap Si maka J4,
J5 dan J6 dalam ilustrasi diatas akan menjadi
masing-masing sebagai berikut :
Masing-masing Ji ini dapat pula
ditulis ulang dalam bentuk sebagai berikut :
atau
Rumus ini masih bisa disederhanakan lagi menjadi
seperti berikut :
|
Dengan demikian, untuk menghitung jumlah
deret hitung sampai dengan suku tertentu n, terdapat empat bentuk rumus yang
bisa digunakan, sebagai berikut :
|
Untuk kasus deret hitung dalam contoh 1
diatas, jumlahnya sampai ke-10 adalah :
Sedangkan untuk kasus deret hitung dalam
contoh 2, jumlahnya sampai dengan suku ke-10 adalah :
C.
DeretUkur
Deret ukur merupakan deret yang perubahan
suku-sukunya berdasarkan perkalian terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan
yang membedakan suku-suku sebuah deret ukur dinamakan pengganda, yakni
merupakan hasil bagi antara nila suatu suku terhadap nilai suku di depannya.
Contoh :
1.
5, 10, 20, 40,80, 160 (pengganda
= 2)
2.
512. 256, 128, 64, 32, 16 (pengganda
= 0,5)
a. Sukuke-n dari DU
Untuk dapat membentuk rumus penghitungan suku
tertentu dari sebuah deret ukur, perhatikan contoh 1 di atas disajikan dalam
bentuk lain di bawah ini.
|
S1 = 5 = a
S2 = 10 = ap = ap2-1
S3 = 20 = app = ap2 = ap3-1 a : suku pertama
S4 = 40 = appp = ap3 = ap4-1 b : pengganda
S5 = 80 = apppp = ap4 = ap5-1 n : indeks suku
S6 = 160 = appppp = ap5 = ap6-1
Berdasarkan rumus
diatas, nilai suku ke-10 dari deret ukur dalam Contoh (1) dan Contoh (2) di
atas masing-masing adalah
1)
S1 = (5)(2)10-1 = (5)(2)9
= (5)(512) = 2560
2)
S1 = (512)(0,5)10-1 = (512)(0,5)9
= (512)(1/512) = 1
b.
Jumlahn suku
Seperti halnya dalam deret hitung,
jumlah sebuah deret ukur sampai dengan suku tertentu adalah jumlah nilai
suku-sukunya sejak suku pertama sampai dengan suku ke-n yang bersangkutan.
Berdasarkan,maka masing-masing dapat dijabarkan sehingga: (1)
Jika
persamaan (1) ini kita kali kam dengan bilangan pengganda, maka :
(2)
Dengan mengurangkan persamaan (2)
dari persamaan (1), diperoleh selisih antara dua persamaan ini yaitu :
Dari sini, kita dapat membentuk
rumus jumlah deret ukur sampai dengan sukuk e-, yakni :
Dalamhal
|, penggunaan rumus yang
di sebelah kiri akan lebih mempermudah perhitungan. Di lain pihak,perhitungan akan menjadi
lebih muda degan menggunakan rumus yang di sebelah kanan.
Untukkasusderetukurdalamcontoh 1) di
atas, di manadan , jumlahnya sampai
dengan suku ke-10 adalah :
Sedangkanuntukkasusdalamcontoh 2),
dalamhalini dan, jumlah dari sepuluh
suku pertamanya adalah :
Sebagaimanaakandapatdijumpaidalambagianataubab-babselanjutnyadalambukuini,
prinsip-prinsipderetbanyakditerapkanmenelaahperilakubisnisdanekonomi,
baiksecaralangsungmaupunsecaratidaklangsung.
Prinsipderethitungbanyakditerapkandalammenganalisisperilakuperkembangan.
Sedangkanprinsipderetukur, bersama-samadengankonseplogaritma,
seringdigunakanuntukmenganalisisperilakupertumbuhan.
D.
Penerapan Ekonomi
Di bidang bisnis dan ekonomi, teori atau
prinsip-prinsip deret sering diterapkan dalam kasus-kasus yang menyangkut
perkembangan dan pertumbuhan apabila perkembangan atau pertumbuhan suatu gejala
tertentu berpola seperti perubahan nilai-nilai suku sebuah deret, baik deret hitung maupun deret ukur,
maka teori deret yang bersangkutan [enad (relevant)
dietrapkan untuk menganalisisnya.
a.
Model
Perkembangan Usaha
Jika perkembangan variabel-variabel
tertentu dalam kegiatan usaha misalnya produksi, baiaya, pendapatan, penggunaan
tenaga kerja, atau penanaman modal berpola seperti deret hitung, maka
prinsip-prinsip deret hitung dapat digunakan untuk menganalisis perkembangan
variabel tersebut.
Berpola
seperti deret hitung maksudnya disini adalah bahwa variabel yang bersangkutan
bertambah secara konstan dari satu periode ke periode berikutnya.
Kasus 1
Perusahaan
genteng “Sokajaya” menghasilkan 3.000 buah genteng pada bulan pertama
produksinya. Dengan penambahan tenaga kerja dan penignkatan produktivitasnya,
perusahaan mampu menambah produksinya sebanyak 500 buah setiap bulan. Jika
perkembangan produksinya konstan, berapa buah genteng yang dihasilkan sampai
dengan bulan tersebut?
a
=
3.000 S5
= 3.000 + (5-1) 500 = 5.000
b = 500 J6
= (3.000 + 5.000 = 20.000
n = 5
Jumlah
produksi pada bulan kelima adalah 5.000 buah, sedangkan jumlah seluruh genteng
yang dihasilkan sampai dengan bulan tersebut 20.000 buah.
Kasus 2
Besarnya penerimaan PT “Cemerlang”
dari hasil penjualan barangnya 720 juta rupaiah pada tahun kelima dan 980 juta
rupiah pada tahun ketujuh. Apabila perkembangan penerimaan penjualan tersebut
berpola seperti deret hitung, berapa perkembangan penerimaannya per tahun ?
berapa besarnya penerimaan pada tahun pertama dan pada tahun keberapa
penerimaannya sebesar 460 juta rupiah ?
Dalam
Jutaan: S7 = 980 a
+ 6b = 980
S5 =
720 a + 4b = 720
2b =
260 b =130
Perkembangan
penerimaan per tahun sebesar 130 juta rupiah.
a
+ 4b = 720 a – 4b = 720 – 4 (130) = 200
Penerimaan
pada tahun pertama sebesar 200 juta rupiah
Sn = a + (n-1)b 460 = 200 + (n-1) 130
460 =
200 + 130n – 130
390 = 130n n = 3
Penerimaan
sebesar 460 juta rupiah diterima pada tahun ketiga.
b. Model BungaMajemuk
Model bunga majemuk merupakan penerapan deret
ukur dalam kasus simpan pinjam dan kasus investasi. Dengan model ini dapat
dihitung, misalnya, besarnya pengembalian kredit di masa datang berdasarkan
tingkat bunganya. Atau sebaliknya, untuk mengukur nilai sekarang dari suatu
jumlah hasil investasi yang akan diterima di masa datang.
Jika misalnya modal pokok sebesar P dihubungkan secara majemuk dengan suku
bunga per tahun setingkat i, maka
jumlah akumulatif modal tersebut di masa datang setelah n tahun (Fn)
dapat dihitung sebagai berikut :
Setelah 1 tahun : F1= P + P . i
= P ( 1 + i)
Setelah 2 tahun : F2 = P ( 1 + i) + P ( 1 + i) i = P ( 1 + i)2
Setelah 3 tahun : F3 = P ( 1 + i)2 + P ( 1 + i)2 i = P ( 1 + i)3
. .
. .
. .
Setelah n
tahun : Fn = (.....) +
(.....) i = P ( 1 + i)n
Dengan demikian,jumlah di masa datang dari
suatu jumlah sekarang adalah :
|
P : jumlah sekarang
i : tingkat bunga per tahun
n : jumlah tahun
( Bandingkan
rumus ini dengan rumus deret ukur Sn
= ap n-1, keduanya identik. P
atau F0 di sini identik
dengan a atau S1 dalam rumus deret ukur, (1 = i) identik dengan P dalam deret ukur. Ringkasnya, Fn di sini identik dengan Sn+
Rumus di atas mengandung anggapan tersirat
bahwa bunga dapat diperhitungkan dibayarkan satu kali dalam setahun. Apabila
bunga diperhitungkan dibayarkan lebih dari satu kali (misalnya m kali, masing-masing i/m per termin) dalam setahun, maka
jumlah di masa datang menjadi :
|
m : frekuensi pembayaran bunga dalam
setahun
Suku ( 1 +
i ) dan ( 1 + )dalam dunia bisnis dinamakan “faktor bunga majemuk” ( compounding interest factor), yaitu
suatu bilangan lebih besar dari 1 yang dapat dipakai untuk menghitung jumlah di
masa datang dari suatu jumlah sekarang.
|
|
Dari rumus di atas.
Dengan sedikit manipulasi matematis, dapat pula dihitung besarnya milai
sekarang apabila yang diketahui jumlahnya di masa datang. Nilai sekarang
(present value) dari suatu jumlah uang tertentu di masa datang adalah :
Suku 1/(1+i)”
dan 1/(1+i/m)mn dinamakan
“faktor diskonto” (discount factor),
yaitu suatu bilangan lebih kecil dari 1 yang dapat dipakai untuk menghitung
nilai sekarang dari suatu jumlah di masa datang.
Kasus
3
Seorang
nasabah meminjam uang di bank sebanyak Rp. 5.000.000 untuk jangka waktu 3
tahun, dengan tingkat bunga 2% per tahun. Berapa jumlah seluruh uang yang harus
dikembalikannya pada saat pelunasan ? seandainya perhitungan pembayaran bunga
bukan tiap tahun, melainkan tiap semester,berapa jumlah yang harus di
kembalikan ?
P = 5.000.000 Fn
= P(1 + i)n
n = 3 F3
= 5.000.000 (1 + 0,02)3
i = 2% = 0,02 =5.000.000
(1,061208) = 5.306.040
Jadi pada saat pelunasan, setelah tiga tahun,
nasabah tadi secara keseluruhan harus mengembalikan sebanyak Rp. 5.306.040,00.
Seandainya bunga diperhitungkan dibayarkan tiap semester, m = 2, maka :
Fn = P (1 = i/m)mn
F3 =
5.000.000 (1 + 0,01)6
= 5.000.000 (1,06152) = 5.307.600,00
Jumlah yang harus dikembaliakn menjadi lebih
besar, Rp. 5.307.600,00
Kasus
4
Tabungan
seorang mahasiswa akan menjadi sebesar Rp.532.400,00 tiga tahun yang akan
datang. Jika tingkat bunga bank yang berlaku 10% per tahun, berapa tabungan
mahasiswa tersebut pada saat sekarang ini ?
F = 532.400 P =
n= 3 = . 532.400 = 400.00
i = 10% = 0,1
Jadi, besarnya tabungan sekarang adalah
Rp.400.000,00.
c.
Model
PertumbuhanPenduduk
Penerapanderetukur
yang paling konvensional di bidangekonomiadalahdalamhalpenaksiranjumlahpenduduk.
Sebagaimanapernahdinyatakanoleh Malthus,
pendudukduniatumbuhmengikutipoladeretukur.
Di mana P1 :
jumlah pada tahun pertama (basis)
:
jumlah pada tahun ke
:
presesntase pertumbuhan per tahun
:
indeks waktu (tahun)
Kasus 5
Penduduksuatukotaberjumlah 1 jutajiwapadatahun 1991,
tingkatpertumbuhannya 4 persen per tahun.
Hitunglahjumlahpendudukkotatersebutpadatahun 2006 pertumbuhannyamenurunmenjadi
2,5%, berapajumlahnya 11 tahunkemudian?
P tahun 2006/ = 1
juta (1,04)15
=
1 juta (1,800943)
= 1.800.943 Jiwa
tahun kemudian
r = 0,025
R = 1,025 jiwa
Ataudenganmemanfaatkankaidah
logaritma :
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pada
Bab II dipaparkan secara rinci penjelasan tentang (1) Pengertian Deret (2) Cara
menghitung dan Menentukan Deret Hitung (3) Cara menghitung dan menentukan Deret
Hitung (4) Penerapan Deret dalam Ekonomi dan Bisnis.
Berdasarkan pembahasan
tersebut dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut:
f
Deretadalahrangkaianbilangan
yang tersusunsecarateraturdanmemenuhikaidah-kaidahtertentu.
f
Deret menurut
jumlah sukunya, dibagi menjadi dua yaitu deret berhingga dan deret
takberhingga.
f
Derethitungadalahderet yang
perubahansuku-sukunyaberdasarkanpenjumlahanterhadapsebuahbilangantertentu.
f
Deretukurmerupakanderetyang
perubahansuku-sukunyaberdasarkanperkalianterhadapsebuahbilangantertentu.
f
Deret dapat
diterapkan dalam Penerapan ekonomi meliputi Model perkembangan Usaha, Model
Bunga Majemuk, Model Pertumbuhan Majemuk.
B.
Saran
No comments:
Post a Comment