Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu dengan judul ”PERSOALAN DAN KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO “.Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Makro Dan tidak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Januar Kustiandi, selaku dosen mata kuliah Pengantar Makro
2. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut membantu kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun
penyusunannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Malang, Oktober
2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar..........................................................................................................i
Daftar
Isi..................................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.....................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Masalah Ekonomi Makro......................................................................2
B. Keterlambatan Waktu menyangkut Kebijakan Moneter dan
Kebijakan
Fiskal.....................................................................................................3
C. Kebijakan Moneter
...............................................................................5
D. Kebijakan
Fiskal...................................................................................7
BAB
III STUDI KASUS..........................................................................................9
BAB
IV PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................11
B. Saran..................................................................................................11
DAFTAR
RUJUKAN................................................................................................
BIODATA
KELOMPOK...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keadaan perekonomian tidak selalu sesuai
dengan yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat. Tingkat inflasi yang
tinggi, pengangguran, neraca pembayaran luar negeri yang terus-menerus defisit
merupakan beberapa gejala ekonomi makro yang tidak dikehendaki bangsa manapun
di bumi ini. Dalam menghadapi kenyataan seperti ini usaha untuk menghilangkan
atau untuk mencegah timbulnya gejala gejala tersebut diperlukan.
Ekonomi Makro merupakan bagian dari Ilmu Ekonomi yang mengkususkan
mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai suatu
keseluruan.Dengan demikian hubungan yang ingin dipelajari oleh Ekonomi Makro
pada hakikatnya ialah hubungan-hubungan antara variabel ekonomi agregatif. Dua
diantara kebijakan ekonomi makro yang banyak dibahas dalam buku-buku ekonomi
makro ialah kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai masalah ekonomi makro, keterlambatan waktu menyangkut kebijakan
fiskal dan moneter, Konsep Kebijakan Moneter, Konsep Kebijakan Fiskal.
B.
Tujuan
Berdasarkan Latar belakang yang telah dipaparkan, tujuan
makalah ini adalah.
1.
Memaparkan
masalah ekonomi makro.
2.
Memaparkan
mengenai keterlambatan waktu menyangkut kebijakan fiskal dan moneter.
3.
Memaparkan
konsep Kebijakan Moneter.
4.
Memaparkan
konsep Kebijakan Fiskal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masalah Ekonomi Makro
Ekonomi
Makro merupakan bagian dari Ilmu Ekonomi yang mengkususkan mempelajari
mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruan. Pada dekade
1930an ahli-ahli ekonomi tidak menumpukan analisis mereka kepada berbagai
masalah tersebut terutama terhadap masalah pengangguran dan pertumbuhan ekonomi
yang sangat banyak. Ahli-ahli ekonomi yang hidup di antara zaman Adam
Smith (1776) dan zaman Keynes (1936), tidak banyak membuat analisis mengenai
masalah pengangguran, inflasi, ketidak stabilan ekonomi, dan pertumbuhan
ekonomi. Dalam tahun 1930-1932 terjadi kemunduran ekonomi di seluruh dunia yang
bermula dari kemerosotan ekonomi di Amerika Serikat. Masalah utama dalam
ekonomi makro yang akan selalu dihadapi suatu negara antara lain:
1) Masalah Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
Ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyababkan barang
dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat berubah. Masalah pertumbuhan ekonomi
dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari satu
periode ke periode lain kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan
jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena
faktor-faktor produksi yang mengalami peningkatan. Peningkatan produksi
disebabkan bertambahnya faktor produksi baik dari segi jumlah maupun segi
kualitasnya yang terdiri dari :
d
Investasi yang akan
menambah jumlah barang modal
d
Teknologi yang
digunakan berkembang.
d
Tenaga kerja
bertambah sebagai akibat pertambahan penduduk.
d
Pengalaman kerja dan
pendidikan menambah keterampilan (skill).
2) Masalah Ketidakstabilan Kegiatan Ekonomi
Perekonomian
tidak selalu berkembang secara teratur dari satu periode ke periode lainnya.
Perekonomian selalu mengalami masa naik dan masa turun adakalanya perekonomian
itu mengalami perlambatan dari perkembangannya dan ada kalanya merosot dan
berada di tingkat yang lebih rendah dari periode sebelumnya. Pergerakan naik
turunya kegiatan perusahaan dalam jangka panjang dinamakan konjungtur atau
siklus kegiatan perusahaan.
Ahli-ahli
ekonomi berkeyakinan bahwa dalam suatu perekonomian yang sepenuhnya diatur oleh
mekanisme pasar, siklus kegiatan ekonomi sangat labil. Perkembangan yang sangat
pesat dapat diikuti oleh kemunduran kegiatan perekonomian yang serius. Siklus
kegiatan ekonomi seperti itu dapat menimbulkan akibat buruk kepada perekonomian
dan masyarakat. Pengagguran dan inflasi menimbulkan beberapa akibat buruk bagi
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam jangka panjang ketidak stabilan
ekonomi menimbulkan ketidak pastian dan ini akan menimbulkan pengaruh buruk
terhadap perkembangan ekonomi.
3) Masalah Pengangguran
Pengangguran
adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja yang
ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Sesorang yang
tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong
sebagai penganggur.
4) Masalah Kenaikan Harga (Inflasi)
Inflasi
dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang
berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentase
pertambahan kenaikan) berbeda dari suatu periode ke periode
lainnya, dan berbeda pula dari suatu negara dengan negara lainnya.
B.
Keterlambatan Waktu Menyangkut Kebijakan
Fiskal dan Moneter
Salah satu tujuan kebijakan fiskal dan
moneter adalah stabilitas perekonomian. Salah satu tujuan Kebijakan stabilitas
adalah memperlancar fleksibilitas output dan lapangan kerja serta
mempertahankan harga nonstabil mungkin.
Tujuan stabilitas itu tidak mudah dicapai,
adanya berbagai jenis keterlambatan waktu atau tertundanya respon kebijakan
stabilitas perekonomian, bisa membuat perekonomian sulit dikendalikan. Para
ekonom umumnya mengenal tiga waktu keterlambatan yaitu:
v
Keterlambatan
pengenalan
v
Keterlambatan
implementasi
v
Keterlambatan
tanggapan
Keterlambatan pengenalan
Perlu
waktu bagi pengambil kebijakan untuk menganli booming dan penurunan
perekonomian. Banyak data penting yang berasal dari pos produk dan pendapatan
nasional, misalnya tersedia hanya per kuartal. Pada umumnya dibutuhkan beberapa
minggu untuk mengumpulkan dan mempersiapkan estimasi awal terhadap angka-angka
ini. Jika perekonomian terjerumus dalam kemerosotan pada 1 Januari, resesi mungkin tidak terdeteksi hingga tersediannya
data untuk kuartal pertama pada akhir April.
Lebih jauh, laporan data produk dan
pendapatan nasional awal bersifat data pendahuluan berdasarkan pada kompilasi
berbagai sumber data yang tidak lengkap. Estimasi ini bisa, dan sering kali
memang, berubah sewaktu data yang lebih baik sudah tersedia. Situasi ini
membuat interpretasi estimasi awal menjadi sulit, dan keterlambatan pengenalan pun terjadi.
Keterlambatan Implementasi
Masalah yang ditimbulkan oleh keterlambatan pada kebijakan stabilitas
tidak berakhir begitu para ekonom dan pengambil kebijakan mengenali
perekonomian berada dalam booming dan
penurunan. Meskipun tiap orang menyadari bahwa perekonomian perlu didorong atau
diperlambat, dibutuhkan waktu hingga kebijakan yang diinginkan terasa
pengaruhnya, khusunya terkait tindakan yang meliputi kebijaka fiskal. Keterlambatan Implementasi pun terjadi.
Keterlambatan
implementasi kebijakan moneter umumnya jauh lebih pendek daripada kebijakan
fiskal.
Keterlambatan Tanggapan
Keterlambatan
Tanggapan waktu yang diperlukan oleh perekonomian untuk menyesuaikan diri pada
kondisi baru setelah kebijakan baru diimplementasikan, keterlambatan yang
terjadi karena operasi perekonomian itu sendiri.
a) Keterlambatan tanggapan pada kebijakan Fiskal
Salah satu cara untuk memikirkan keterlambatan tanggapan
dalam kebijakan fiskal adalah melalui angka pengganda belanja pemerintah. Angka
pengganda ini mengukur perubahan GDP yang disebabkan oleh perubahan tertentu
dalam belanja pemerintah atau bajak neto. Angka pengganda membutuhkan waktu
untuk mencapai nilai optimal. Hasilnya adalah keterlambatan waktu saat tindakan
fiskal diawali dengan waktu yang saat perubahan penuh GDP direalisasikan.
Alasan keterlambatan tanggapan dalam kebijakan fiskal
penundaan proses angka pengganda itu sederhana. Selama beberapa bulan pertama
setelah peningkatan belanja pemerintah atau pemotongan pajak, tidak tersedia
cukup waktu bagi perusahaan atau individu yang mendapatkan manfaat langsung
dari belanja pemerintah ekstra atau pemotongan pajak untuk meningkatkan belanja
mereka sendiri.
b) Keterlambatan Tanggapan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter bekerja dengan mengubah tingkat bunga,
yang kemudian mengubah investasi yang direncanakan. Keterlambatan tanggapan
untuk kebijakan fiskal. Ketika belanja pemerintah berubah, ada perubahan
langsung dalam penjualan penjualan
perusahaan, yang menjual lebih banyak sebagai akibat peningkatan belanja
pemerintahan.
C.
KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan
Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan
harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Dengan
kata lain,Kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral,
atau otoritas moneter suatu negara kontrol suplai (i) uang, (ii) ketersediaan
uang, dan (iii) biaya uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan
berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Kebijakan
Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian,
yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan
moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk
mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan
mata uang lainnya dan pengangguran.
. Kebijakan moneter
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter
Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beedar.
2. Kebijakan Moneter
Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat
(tight money policy).
Kebijakan moneter
dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara
lain :
1. Operasi Pasar
Terbuka (Open Market Operation)
Operasi
pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah
jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun,
bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual
surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara
lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan
SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto
(Discount Rate)
Fasilitas
diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat
bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang
sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah,
pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan
tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan
Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio
cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah
jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4. Himbauan Moral
(Moral Persuasion)
Himbauan
moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan
memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan
pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi
jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank
sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
D.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan
Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan
dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan
dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain,
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan
dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada
pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
Instrumen
kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan
erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku
akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output.
Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan
fiskal dapat dijalankan melalui empat jenis pembiayaan.
a. Anggaran Berimbang (Balanced Budget) terjadi ketika pemerintah
menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran
berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.
Keadaan seperti ini dapat menstabilkan perekonomian dan anggaran. Pemerintah
kita menerapkan anggaran berimbang pada masa orde baru.
b. Anggaran Defisit (Defisit Budget) /
Kebijakan Fiskal Ekspansif adalah suatu bentuk anggaran dengan jumlah realisasi
pendapatan negara lebih kecil daripada jumlah realisasi pengeluaran negara.
Hal
ini memang sudah direncanakan untuk defisit. Pemerintah kita menerapkan
anggaran defisit ini sejak tahun 2000. Ada empat cara untuk mengukur defisit
anggaran, yaitu:
d
Defisit konvensional,
yaitu defisit yang dihitung berdasarkan selisih antara total belanja dan total
pendapatan, termasuk hibah.
d
Defisit moneter,
yaitu selisih antara total belanja pemerintah (diluar pembayaran pokok/utang)
d
Defisit operasional,
yaitu defisit moneter yang diukur dalam nilai riil dan bukan nilai nominal.
d
Defisit primer, yaitu
selisih antara belanja (diluar pembayaran pokok dan bunga utang) dan total
pendapatan.
c. Anggaran Surplus (Surplus Budget) /
Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran
surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai
memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
d. Anggaran dinamis adalah suatu bentuk
anggaran dengan sisi penerimaan dari tahun ke tahun ditingkatkan dan terbuka
pula kemungkinan sisi pengeluaran yang meningkat sehingga anggaran pendapatan
dan belanja negara selalu kembali dalam keadaan seimbang. Sisi penerimaan dapat
ditingkatkan dari tabungan pemerintah yanga terus bertambah, peningkatan
penerimaan pajak, atau berasal dari pinjaman pemerintah.
BAB III
STUDI KASUS
Bank Dunia Optimistis Ekonomi
RI Tumbuh 5,1% Tahun Ini
Rabu, 5 Oktober 2016 − 14:32 WIB
Bank Dunia (World Bank) tetap optimis pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun ini tetap berada pada level 5,1%, meski tetap dibayangi
perlambatan ekonomi global/Ilustrasi
JAKARTA - Bank Dunia (World Bank) tetap optimis
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini tetap berada pada level 5,1%.
Sementara tahun depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,3%.
Ekonom Senior Bank Dunia Hans Anand Beck mengatakan, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil, namun tetap masih dibayangi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu, program pengampunan pajak (tax amnesty) yang telah berjalan selama tiga bulan belakangan diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.
"Pertumbuhan ekonomi regional mesti diwaspadai seperti contoh kelanjutan perkembangan ekonomi dunia, perdagangan global, dari sisi eksternal dan kelanjutan ketidakpastian dari The Fed di Amerika Serikat (AS), harga komoditas," katanya di Kantor Pusat Bank Dunia di Jakarta, Rabu (5/10/2016).
(Dana yang masuk melalui program amnesti pajak tersebut dinilai dapat meningkatkan pendapatan negara dan pada akhirnya membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Tax amnesty diprediksi sebagai risiko yang bisa menaikkan ekonomi, dan kita monitor untuk selesainya program di peridoe pertama program ini," imbuh dia.
Ekonom Senior Bank Dunia Hans Anand Beck mengatakan, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil, namun tetap masih dibayangi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu, program pengampunan pajak (tax amnesty) yang telah berjalan selama tiga bulan belakangan diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.
"Pertumbuhan ekonomi regional mesti diwaspadai seperti contoh kelanjutan perkembangan ekonomi dunia, perdagangan global, dari sisi eksternal dan kelanjutan ketidakpastian dari The Fed di Amerika Serikat (AS), harga komoditas," katanya di Kantor Pusat Bank Dunia di Jakarta, Rabu (5/10/2016).
(Dana yang masuk melalui program amnesti pajak tersebut dinilai dapat meningkatkan pendapatan negara dan pada akhirnya membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Tax amnesty diprediksi sebagai risiko yang bisa menaikkan ekonomi, dan kita monitor untuk selesainya program di peridoe pertama program ini," imbuh dia.
Hans menambahkan,
paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah juga diharapkan mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saat ini, pemerintah sendiri telah mengeluarkan
13 paket kebijakan ekonomi. "Di paket kebijakan pemerintah, kita punya 13
paket yang komprehensif dan isinya berbeda-beda. Ada yang untuk konsumer, untuk
retail serta industri," pungkasnya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Pada Bab II telah dipaparkan secara rinci
penjelasan tentang Masalah dan Kebijakan ekonomi Makro. Berdasarkan pembahasan
tersebut dapat dikemukakann simpulan sebagai berikut.
d
Ekonomi Makro
merupakan bagian dari Ilmu Ekonomi yang mengkususkan mempelajari mekanisme
bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruan.
d
Keterlambatan
Waktu Menyangkut Kebijakan Fiskal dan Moneter meliputi: keterlambatan
pengenalan, implementasi dan tanggapan.
d
Kebijakan Moneter
adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian
d
Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : Kebijakan Ekspansif dan Kebijakan Kontraktif
d
Instrumen
Kebijakan Moneter: Operasi Pasar, Fasilitas
Diskonto, Rasio Cadangan Wajib, Himbauan Moral
d
Kebijakan Fiskal
adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian
untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah.
d
Empat jenis
pembiayaan dalam kebijakan fiskal: Anggaran Seimbang, suprlus, dimanis, dan
defisit
B.
Saran
Jika memang penerapan tax amnesty pada kasus diatas mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia di harapkan semua pengusaha dan pegawai pajak mampu berkontribusi
secara maksimal untuk kesuksesan program tax amnesty ini.
DAFTAR PUSTAKA
Karl.
2007. Case and Fair. Jakarta. Erlangga
Heyne, PT, Boettke, PJ, Prychitko, DL (2002): Jalan
Ekonomi Berpikir (10 red). Prentice Hall.
Larch, M. dan J. Nogueira Martins (2009): Kebijakan
Fiskal Membuat di Uni Eropa – Sebuah Kajian Praktek dan Tantangan kini.
Routledge.
No comments:
Post a Comment